Mohon tunggu...
Herry Gunawan
Herry Gunawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - seorang pemuda yang peduli

Saya seorang yang gemar fotografi dan travelling

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Belajarlah Lakukan Rekonsiliasi di Dunia Maya dan Nyata

5 Juli 2019   07:31 Diperbarui: 5 Juli 2019   07:51 8
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia Damai - jalandamai.org

Pernahkah diantara kalian berbeda pendapat di dunia maya? Pernahkah diantara kalian saling caci, saling berseteru di dunia maya, hanya karena perbedaan pandangan, perbedaan politik, ataupun karena berbeda keyakinan? Jika diantara kalian pernah melakukan hal ini, sebaiknya segera menyudahinya. 

Jangan malu untuk meminta maaf jika memang telah melakukan kesalahan. Jika anak kecil diajarkan untuk meminta dan memberikan maaf jika melakukan kesalahan, semestinya yang dewasa juga bisa melakukan hal yang sama dan memberikan contoh kepada yang lainnya.

Saat ini, kata rekonsiliasi kembali mengemukan di dunia maya. Usai pemilihan presiden dan wakil presiden, para pasangan calon diharapkan melakukan rekonsiliasi, bertemu agar tidak ada lagi perseteruan di level masyarakat. 

Karena tak dipungkiri di era tahun politik kemarin, telah terjadi perbedaan yang sangat tajam di level masyarakat. Saling caci antara kubu 01 dan 02 begitu nyata terlihat di dunia maya dan kehidupan nyata. Puncaknya terjadi ketika aksi rusuh di depan gedung Bawaslu.

Rekonsiliasi harus dilakukan oleh semua pihak. Mari kita mulai dari level masyarakat. Pemilu merupakan media untuk bisa mendapatkan pemimpin yang jujur, yang bertanggung jawab, dan yang diinginkan rakyat. 

Siapapun pemimpin yang terpilih, maka kita semua, tak peduli kubu yang mana, harus mengakui dan mendukungnya. Dan sebagai bentuk control, kita semua harus mengawasi kinerjanya selama 5 tahun kedepan.

Diluar kepentingan politik, perbedaan pandangan dan keyakinan juga bisa berujung pada potensi konflik di masyarakat. Aksi persekusi yang dipicu karena perbedaan keyakinan juga pernah terjadi di negeri ini. Bahkan mungkin masih sering terjadi, baik itu di dunia maya ataupun dunia nyata. Dulu pernah terjadi sebuah aksi criminal pembakaran tempat ibadah, hanya karena dipicu oleh provokasi di dunia maya. Pernah juga aksi persekusi yang melanda kelompok minoritas, hanya karena merasa benar sendiri dan provokasi.

Berbagai bentuk provokasi pernah kita rasakan. Berbagai perbedaan pandangan juga selalu kita rasakan. Hal ini wajar karena Indonesia adalah negara yang majemuk. Negara yang penuh dengan berbagai macam suku dan budaya. Tentu saja, setiap orang mempunyai perilaku yang berbeda. Begitu juga dengan agama. 

Meski Indonesia tumbuh menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, di negeri ini juga ada Katolik, Protestan, Hindu, Budha dan Konghucu yang juga dianut oleh sebagian masyarakat. Karena itu, saling memahami, saling toleransi menjadi kunci dalam kehidupan bermasyarakat.  

Fakta ini merupakan keniscayaan dan nyata ada disekitar kita. Jika kita tidak bisa adaptasi dan mengedepankan rekonsiliasi jika terjadi perbedaan pandangan, tentu akan bisa berdampak pada hal yang tidak diinginkan. Salam damai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun