Mohon tunggu...
Albert Purba
Albert Purba Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Ad Majorem Dei Gloriam

Membahasakan pikiran dengan kata dan aksara

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menengok Cara Kota Herford Membangun Kesejahteraan Anak Melalui Budaya Literasi

23 Maret 2021   01:43 Diperbarui: 23 Maret 2021   23:10 1321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak membaca buku cerita (Sumber: Unsplash/Josh)

Dongeng-dongeng nusantara yang dulunya dialih generasikan dengan tradisi lisan kini sudah bisa ditemukan dalam bentuk buku, dan itu tentu saja sebuah kekayaan bangsa yang tidak ternilai.

Tapi yang menjadi pertanyaan ialah, apakah kekayaan itu sampai ke tangan anak di tengah harga buku yang relatif mahal bagi beberapa keluarga dan akses ke buku-buku sangat terbatas? 

Dan apakah warisan leluhur itu akan memperkaya anak-anak kita di tengah masifnya budaya digital dan permainan online yang mungkin saja memerangkap atau lebih menarik minat mereka?

Berkaca dari pengalaman saya di kota Herford Jerman, budaya literasi memang tidak dapat dilepaskan dari hadirnya perpustakaan. Dan itu tentu disadari oleh siapa pun juga termasuk para pemangku kepentingan di negeri kita. 

Di beberapa kota di mana saya pernah bekerja di Sumatera Utara, saya menyaksikan sendiri betapa perpustakaan itu sangat sepi peminat (pengalaman saya beberapa tahun yang lalu). 

Rak yang kosong, proses pembuatan kartu anggota yang rumit dengan syarat harus ada pas foto dan sebagainya, ditambah lagi dengan fasilitas yang kurang menumbuhkan keinginan datang ke perpustakaan dan buku-buku yang disediakan di dalamnya. Semua ini sedikit banyaknya pasti menyumbangkan kesan negatif kepada kualitas indeks literasi masyarakat kita.

Di kota kecil seperti Herford ini, setidaknya ada tiga toko buku yang saban hari dikunjungi oleh banyak orang, dan saya melihat di lantai dasar toko-toko buku ini kebanyakan di isi dengan buku cerita atau novel baik untuk anak maupun dewasa. 

Dalam hati saya menyimpulkan bahwa masyarakat di sini adalah masyarakat yang haus bacaan bukan haus tontonan. 

Kehadiran toko buku memudahkan akses ke dunia ilmu dan dunia fantasi bagi penduduk yang tinggal di sekitar kota.

Perpustakaan Kota (Stadt Bibliothek) dibangun di pusat kota dan tepat di depannya disediakan taman bermain yang luas. 

Di sini pula dibangun sebuah kapal kayu yang dijuluki Kapal Bajak Laut (Piratenschiff), yang saya lihat sebagai upaya membangun jiwa petualang anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun