Mohon tunggu...
Herfan Brilianto
Herfan Brilianto Mohon Tunggu... Lainnya - "Vision without realism is just a delusion."

"Vision without realism is just a delusion."

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jalan Berliku Indonesia Menjadi Anggota G20

15 November 2022   17:42 Diperbarui: 16 November 2022   11:36 1525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Untuk menambah keterwakilan Amerika Latin, walaupun secara sistem keuangan dan pemerintahan Chile dianggap lebih cocok dengan G7, namun Argentina yang akhirnya dipilih. Turki dan Arab Saudi dipilih untuk mewakili kawasan mereka, dan juga untuk memastikan keterwakilan dunia muslim dalam forum baru tersebut. Korea Selatan dipilih untuk menambah keterwakilan Asia Timur yang semakin besar peranannya dalam perekonomian global, sementara Australia dimasukkan sebagai perwakilan dari kawasan Oceania.

Perdebatan cukup panjang terjadi ketika membahas mengenai Eropa. Sudah banyak tekanan dari beberapa negara Eropa yang meminta untuk dimasukkan ke dalam forum baru tersebut. Namun kedua orang itu tidak mau menambah wakil Eropa yang dianggap sudah cukup banyak terwakili di G7. Sebagai solusinya, diusulkanlah untuk memasukkan Uni Eropa dan Bank Sentral Eropa untuk mewakili negara-negara Eropa non-G7.

Bagaimana dengan Indonesia? Krisis 98 yang dipicu krisis di Thailand yang merembet kemana-mana menunjukkan bahwa kawasan Asia Tenggara akan menjadi sangat penting dalam perekonomian dan sistem keuangan global. Secara interkoneksi, ekonomi dan sistem keuangan Thailand, Malaysia, atau Singapura lebih terkoneksi secara global, dan ketiga negara itu memiliki kapasitas cukup baik untuk berkiprah dalam forum internasional.

Namun Lawrence Summers dan Paul Martin sama-sama melihat, bahwa Indonesia adalah negara yang paling penting secara geopolitik di kawasan Asia Tenggara. Terlepas dari krisis yang sedang dihadapi dan berbagai prediksi pengamat internasional bahwa tidak akan ada lagi negara Indonesia di masa depan akibat proses Balkanisasi, Lawrence Summers dan Paul Martin melihat bahwa kapasitas Indonesia untuk setting agenda di kawasan paling besar dibandingkan negara-negara tetangganya. Pada akhirnya keduanya menyepakati bahwa Indonesia perlu dimasukkan sebagai calon anggota G20. Namun ada syarat yang perlu dipenuhi.

Pada saat itu, Indonesia sedang dalam masa transisi dari sistem pemerintahan terpusat menjadi demokrasi. Dalam waktu dua bulan ke depan Indonesia akan menyelenggarakan pemilihan umum terbuka pertamanya setelah 32 tahun berada di bawah sistem Orde Baru. Tidak ada yang bisa menebak bagaimana Indonesia akan mampu melewati periode kritis tersebut dan seperti apa situasi politik yang terjadi.

Karenanya Paul Martin dan Lawrence Summers sepakat untuk menunda undangan kepada Indonesia untuk hadir di G20 hingga Indonesia berhasil menyelenggarakan pemilihan umum dan pemerintahan baru terbentuk secara jelas.

Sejarah akhirnya mencatat, bahwa Indonesia berhasil menyelenggarakan pemilihan umum legislatif di bulan Juni 1999 dan anggota MPR yang terpilih kemudian memilih Presiden Abdurrahman Wahid dan Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri di bulan Oktober 1999.

Segera setelah pemerintahan baru Indonesia terbentuk, Paul Martin mengirimkan undangan kepada Indonesia untuk menjadi anggota dan hadir di pertemuan pertama para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 di Berlin, Jerman, tanggal 15–16 Desember 1999. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun