Mohon tunggu...
David Herdy
David Herdy Mohon Tunggu... Penulis lepas

Penulis lepas yang aktif menulis fiksi dan non fiksi tema ruang publik sebagai bagian dari narasi ingatan kolektif. "Menulis adalah upaya kecil untuk mengabadikan pikiran sebelum ia lenyap. Karena ide tak punya kaki, kecuali kutuliskan."

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Jangan Salah Pilih Hewan Kurban: Tips Jujur dari Pedagang Sapi di Pasar Cibubur Jelang Idul Adha 2025

23 Mei 2025   21:42 Diperbarui: 23 Mei 2025   21:42 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto Dok  aceh.tribunnews.com

Di balik semaraknya pasar hewan kurban, terselip kekhawatiran: apakah hewan yang kita pilih benar-benar layak disembelih atau sekadar "dibungkus cantik"?

Suatu pagi di Pasar Hewan Cibubur, saya berdiri di antara deretan sapi dan kambing yang diikat rapi. Bau rumput dan keringat bercampur debu menjadi aroma khas musim kurban. Seorang pedagang tua, Pak Jamil, menyodorkan senyum sambil berkata, "Mau kurban yang afdal atau yang sekadar afdol di foto, Mas?" Kalimat itu jadi awal obrolan yang membuka mata saya: banyak pembeli memilih karena gengsi, bukan karena ilmu.

Harga Tak Menjamin Sahnya Kurban

Menurut Pak Jamil yang sudah berdagang hewan kurban sejak 1998, banyak orang terpukau pada ukuran tubuh atau berat sapi, tapi lupa mengecek syarat sah kurban. "Kadang sapi besar, tapi giginya belum poel (tanggal), itu belum cukup umur," katanya. Dalam Islam, sapi dan kerbau harus berumur minimal dua tahun dan kambing satu tahun. Tapi karena pasar ramai, ada pedagang nakal yang menyulap sapi muda dengan cat atau mengklaim umur palsu demi harga tinggi.

Kenali Ciri Sehat: Mata, Nafsu Makan, dan Gerak Aktif

Pedagang jujur tak hanya menjual, tapi juga mendidik. Pak Jamil menunjukkan sapi yang sehat: matanya jernih, tidak berair, tubuh tidak terlalu kurus, dan nafsu makannya baik. "Kalau jalan saja limbung, jangan dibeli. Itu tanda stres atau sakit," katanya sambil memegang ekor sapi yang terus bergerak. Gerak aktif, menurutnya, adalah tanda vitalitas. "Beli kurban itu ibadah, jangan main-main," tambahnya dengan nada setengah menasihati.

Antara Ibadah dan Gengsi: Kesalahan Umum Pembeli

Di era media sosial, banyak pembeli memilih hewan kurban karena ukuran atau tampilan. Sapi besar dianggap lebih "wah", walau sebenarnya lebih dari cukup dengan kambing sehat yang sesuai syariat. "Ada yang tanya: 'Pak, yang cocok buat Instagram yang mana?' Saya jawab: 'Yang cocok buat Allah atau buat like?'" ujar Pak Jamil, setengah bercanda.

Kesadaran bahwa kurban bukan soal pamer, tapi tentang ketulusan dan kesahihan, makin hilang dari sebagian masyarakat urban. Padahal, keikhlasan lebih penting dari harga.

Ilustrasi Foto Dok diskominfotik.bengkaliskab.go.id
Ilustrasi Foto Dok diskominfotik.bengkaliskab.go.id

Kurban sejatinya bukan tentang seberapa besar hewan yang kita sembelih, tapi seberapa tulus hati kita saat melakukannya.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun