Teaser :
Ketika Langit Menunduk mengangkat sebuah kisah inspiratif tentang tukang sapu jalan yang sederhana, namun mendapat hadiah tak terduga: naik haji dari seorang pengusaha. Bukti bahwa kebaikan kecil bisa membuka jalan ke surga.
Tak pernah bermimpi naik haji, seorang tukang sapu jalan mendapat kejutan dari pengusaha yang diam-diam mengagumi ketulusannya. Kisah inspiratif yang menyentuh hati dan menguatkan iman.
Dari Subuh ke Subuh
Sudah dua puluh tahun Bu Rahmi menyapu jalanan ibukota. Usianya kini 55 tahun, tapi tubuhnya tetap tegap meski kulit tangannya mulai mengeras oleh waktu. Sejak jam tiga dini hari, ia sudah memegang sapu lidi, menyusuri trotoar sepanjang Jalan Sudirman. Dinas Kebersihan Provinsi mencatatnya sebagai pegawai honorer---bukan PNS, tanpa tunjangan pensiun, tapi ia tak pernah mengeluh.
"Kerja ini saya niatkan ibadah, Mas. Biar bersih jalanan orang-orang berangkat kerja," begitu katanya pada seorang wartawan lokal, suatu kali.
Setiap pagi, ia menyapa orang-orang yang masih tertunduk lelap di dalam mobil. Jarang yang membalas, tapi Bu Rahmi tetap tersenyum. Sebab, dalam diam, ia berdoa: semoga rezeki orang-orang yang melewati jalan itu diberkahi.
Perjumpaan di Waktu Tersisa
Rian, 32 tahun, seorang pengusaha muda, sering pulang larut menjelang subuh. Klub, lounge, dan pertemuan bisnis mengisi malam-malamnya. Mobil sport-nya melaju pelan di jalan yang masih sepi. Beberapa bulan terakhir, ia selalu melihat sosok perempuan tua menyapu, tubuh kecil berselendang lusuh tapi wajahnya tenang.
Awalnya hanya rasa kasihan, lalu jadi penasaran, sampai akhirnya ia turun dari mobil dan menghampirinya.