Mohon tunggu...
Feny Herdayati
Feny Herdayati Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga 2014

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Yuk, Gunakan Sosmed secara Bijak!

26 September 2014   23:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:21 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semakin bertambahnya waktu, semakin pula zaman itu berkembang. Dari perkembangan zaman tersebut, bisa menghasilkan hal positif dan negatif. Yang dulunya ada menjadi tidak ada dan yang dulunya tak ada sekarang menjadi ada. Hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap hidup semua orang. Dan mungkin pengaruh terbesarnya adalah terhadap gaya hidup.

Kita bisa melihat gaya hidup orang-orang zaman sekarang. Mengikuti trend yang makin tidak jelas kemana arahnya. Apalagi generasi mudanya. Yang kebanyakan masih labil, cuma bisa ikut-ikutan. Mengikuti obsesi yang nggak ada ujungnya. Yang tujuannya yaitu biar bisa dibilang gaul. Terus kalau sudah dibilang gaul, bangga. Padahal hal seperti itu cuma mengejar ke-eksis-an yang semu. Yang kalau dituruti nggak akan pernah ada habisnya. Tapi sepertinya menjadi orang eksis itu merupakan sebuah kewajiban yang harus dilakukan.

Eksis memang punya sisi positif. Kita bisa dikenal banyak orang dan punya banyak teman. Tapi jika dilihat, ’eksisnya’ anak sekarang sudah berlebihan. Salah satunya perilaku mengejar ke-eksis-an mereka di media sosial. Semua hal, dari yang penting sampai nggak penting, dari yang orang perlu tahu sampai yang orang nggak perlu tahu, dibagi didalamnya. Contoh yang bisa diambil hikmaknya yaitu kicauan salah satu mahasiswi pendatang yang menjelekkan kota Jogja hanya karena tidak mau antre di SPBU, yang mungkin nggak perlu saya sebut siapa namanya. Dan dari perbuatannya mengeluh dan menghujat tersebut, malah merugikan dirinya sendiri. Hal itu merupakan salah satu bukti ketidakmampuan generasi muda berbagi dan berperilaku bijak dalam menggunakan manfaat dari perkembangan teknologi yakni media sosial.

Media sosial saat ini mungkin sudah menjadi sesuatu yang melekat dalam hidup setiap orang. Apalagi bagi seorang anak ‘gaul’. Berbagi segala hal didalamnya adalah kebutuhan primer. Mulai dari posting foto, video, update status, sampai yang paling parah update keberadaanya. Segitu penting. Memang kalau orang-orang tahu kita sedang dimana, terus bakal diserbu diminta foto bareng sama tanda tangan? Enggak kan? Kemungkinan jika ada orang berniat buruk, dia bakal secepat kilat menemukan dan melancarkan aksinya karena mengetahui dimana kita berada. Jadi sebaiknya berfikir berkali-kali sebelum membagi aktifitas kita di media sosial. Karena tidak semua hal orang harus tahu.

Terus bagaimana seharusnya kita menggunakan media sosial? Ya gunakanlah sesuai kebutuhan. Misal untuk mengobrol dengan teman. Jadi tidak melulu membagi aktifitas kita yang nggak penting. Seperti yang banyak dilakukan anak labil. Lapar atau ngantuk saja semua orang harus tahu, harus membaca. Kalau lapar kan langsung makan, kalau ngantuk langsung tidur, bukan malah ngeshare di socmed yang nggak membuahkan apa-apa. Dulu, orang yang hendak makan pasti berdoa, tapi sekarang musimnya jika hendak makan, orang-orang memfoto dulu makanannya. Parahnya, ada yang sampai curhat di socmed. Dari situ mungkin orang malas mengenal kita lebih jauh, karena sudah bisa menilai dari apa yang biasa kita lakukan di akun media sosial. Dari kebiasaan kita yang berlebihan dan banyak menggunakan akun untuk mengeluh. Dan itu malah merugikan diri sendiri, karena orang lain jadi menjudge kita negatif. Padahal mungkin belum tentu yang seseorang nilai dari kita itu benar. Ya kan?

Mulai sekarang seharusnya kita generasi muda bisa berlaku bijak terhadap akun media sosial yang kita punya. Jadikan fasilitas dari perkembangan teknologi tersebut untuk berbagi hal positif, bukan untuk mengeluh, apalagi membuka rahasia diri sendiri. Jangan biarkan orang menilai kita hanya dari media sosial. Intinya, kita punya privasi.

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun