Mohon tunggu...
Hera Widaningsih
Hera Widaningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - call me hera

Ubahlah lelah menjadi lilah, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Budaya Literasi dengan Gerakan Literasi Sekolah

28 September 2021   23:30 Diperbarui: 28 September 2021   23:31 1949
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam rangka membenahi tingginya tingkat buta aksara di Indonesia, serta meningkatkan minat baca dan menggerakkan budaya literasi untuk menghadapi Persaingan bangsa dalam bidang Pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) pada tahun 2016 dimana Gerakan Literasi Sekolah termasuk salah satu program di dalamnya.

Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah gerakan dalam upaya menumbuhkan budi pekerti siswa yang bertujuan agar siswa memiliki budaya membaca dan menulis sehingga tercipta pembelajaran sepanjang hayat, dengan tujuan khusus dari Gerakan Literasi Sekolah adalah Membentuk budaya literasi di lingkungan sekolah, Meningkatkan insan literat di lingkungan sekolah, Meningkatkan pengelolaan pengetahuan di lingkungan sekolah melalui sekolah ramah anak yang menyenangkan dan Menjadi wadah untuk menumbuhkan strategi membaca, sehingga keberlanjutan pembelajaran bisa selalu dihadirkan.

Upaya dalam membangun Budaya Literasi atau membiasakan siswa untuk membaca melalui GLS pun tidaklah mudah. Banyak tantangan yang dihadapi oleh guru, dibutuhkan keuletan dan ketekunan siswa dalam kegiatan ini. Sri Oetami (guru SMP Kartika XIX-2) “Mengatakan bahwa kegiatan budaya lirerasi bisa tercapai jika siswa nya melakukan nya secara to be continue (terus menerus), tidak terpaku dengan buku apa yang ia baca dan berapa lama durasi mereka membaca.”

Dukungan secara Internal dan external sangat dibutuhkan dalam membangun Gerakan Literasi di Sekolah. Seperti yang disebutkan oleh salah satu Guru diatas, Dorongan Internal ada pada diri sendiri, adanya keingin tahuan dalam mencari informasi dengan membaca buku Adapun dorongan external dalam membangun Gerakan Literasi di Sekolah adalah Dukungan Guru, Orangtua, Lingkungan dan Sarana Prasarana.

Tim Literasi Sekolah (TLS) seperti Peserta didik, Pendidik, Tenaga Kependidikan (Pustakawan, Pengawas) dan Kepala Sekolah seluruhnya berkolaborasi untuk mensukseskan Literasi di Sekolah. TLS bertugas untuk membuat perencanaan, pelaksanaan dan assessment program. Dalam membangun budaya literasi yang Positif di sekolah, terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh pihak sekolah:

  • Mengkondisikan Lingkungan Fisik Ramah Literasi
  • GLS adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif berbagai elemen. Salah satunya yang ditempuh untuk mewujudkan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat adalah pembiasaan membaca peserta didik. Pembiasaan ini dilakukan dengan kegiatan 15 menit membaca (guru membacakan buku dan/atau siswa dan guru membaca dalam hati, yang disesuaikan dengan konteks atau target sekolah)
  • Mengupayakan Lingkungan sosial dan afekstif
  • Lingkungan sosial dan afektif dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Hal itu dapat dikembangkan dengan pengakuan atas capaian peserta didik sepanjang tahun. Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. Prestasi yang dihargai bukan hanya akademis, tetapi juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah.
  • Mengupayakan Sekolah Sebagai Lingkungan Akademis yang Literat
  • Lingkungan fisik, sosial, dan afektif berkaitan erat dengan lingkungan akademis. Ini dapat dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Sekolah sebaiknya memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan/atau guru membacakan buku dengan nyaring selama 15 menit sebelum pelajaran berlangsung.

Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah, dilaksanakan dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas sekolah (ketersediaan fasilitas, bahan bacaan, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah, dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan). Adapun tiga tahapan pelaksanaan literasi sekolah adalah:

  • Tahapan Pembiasaan
  • Pada tahap pembiasaan, kegiatan literasi hanya bertujuan untuk kesenangan. Melalui kesenangan itulah diharapkan bisa menumbuhkan minat membaca dan menulis para peserta didik. Tahap pembiasan dilakukan dengan dua cara, yaitu membaca nyaring oleh dan membaca dalam hati.
  • Tahap pengembangan
  • Tahap pengembangan merupakan bentuk tindak lanjut dari tahap sebelumnya, yaitu tahap pembiasaan. Pada tahap pengembangan ini, diharapkan kemampuan dan keinginan membaca para peserta didik sudah mulai muncul. Agar minat membacanya tidak hilang, dibutuhkan adanya tahap pengembangan. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan di tahap pengembangan ini adalah sebagai berikut.
  • Memberikan komentar, baik secara lisan maupun tulisan, pada buku/jurnal/makalah yang sudah dibaca.
  • Menulis jurnal tanggapan terhadap buku yang sudah dibaca.
  • Memanfaatkan graphic organizer sebagai alat untuk menulis tanggapan.
  • Membuat suatu kesimpulan sistematis dari buku yang sudah dibaca.
  • Tahap Pembelajaran
  • Tahap pembelajaran ini merupakan tindak lanjut dari tahap sebelumnya, yaitu tahap pengembangan. Pada tahap ini, peserta didik sudah otomatis terlatih untuk menerapkan budaya literasi di lingkungan sekolah. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut.
  • Kebiasaan membaca 15 menit sebelum pembelajaran dimulai. Kegiatan ini bisa berupa membaca nyaring, membaca dalam hati, membaca bersama, atau membaca secara terintegrasi dengan beberapa indikator.
  • Menjalankan berbagai strategi untuk memudahkan peserta didik dalam memahami suatu bacaan di semua mata pelajaran.
  • Memanfaatkan berbagai jenis bacaan, misalnya bacaan cetak, visual, auditori, dan digital. Dengan demikian, peserta didik bisa memperkaya literasinya di luar bacaan pelajaran.

Setelah mengetahui Tahap Pelaksanaan Literasi Sekolah, langkah selanjutnya mengetahui Langkah Literasi dalam Pembelajaran meliputi sebelum, saat dan setelah membaca.

  • Sebelum
  • Sebelum membaca, peserta didik akan diberi buku bacaan dan mereka diminta untuk memahami tujuan membaca buku tersebut. Pada tahap ini, peserta didik juga harus mampu memperkirakan isi buku yang akan dibaca.
  • Selama
  • Selama membaca, peserta didik harus bisa mengidentifikasi informasi relevan yang terkandung di dalam bacaan, mencari kata kunci, dan menemukan kosakata baru.
  • Setelah
  • Setelah membaca, peserta didik harus bisa menyimpulkan teks yang sudah dibaca, baik secara lisan dan tulisan.

Gerakan Literasi Sekolah sudah berjalan di beberapa Kabupaten/kota. Beragam literasi yang dilaksanakan dengan bekerjasama satu sama lain, semoga gerakan literasi ini tak sekedar suatu program yang hanya menggugurkan kewajiban saja namun bisa menjadi kebermanfaatan yang berkelanjutan dan menjadi gerakan yang akan membawa masyarakat Indonesia ke masa depan yang lebih baik.

Sumber :

Gerakan Literasi Sekolah https://gln.kemdikbud.go.id/glnsite/wp-content/uploads/2019/07/Desain-Induk-Gerakan-Literasi-Sekolah-2019.pdf

https://disdik.bandung.go.id/ver3/gerakan-literasi-sekolah/

http://ditsmp.kemdikbud.go.id/3-strategi-penting-membangun-budaya-literasi-di-sekolah/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun