Kue Rangi Digarang Wangi
Saat ini sudah teramat jarang dijumpai penjaja kue rangi yang dijajakan dengan cara berkeliling, kalaupun masih ada hanyalah sebagian kecil yang masih setia menjajakan kue tradisional khas Betawi tersebut.
Dan yang masih tetap mempertahankan jenis usaha kudapan sederhana itu ditengah hadirnya gempuran kue-kue kekinian dengan menawarkan banyak varian rasa, aneka bentuk disertai toping.
Ada pun kue rangi terbuat dari bahan-bahan yang sangat sederhana, yakni tepung kanji/tapioka beserta kelapa tua yang diparut kasar yang kesemuanya dicampur dan tak lupa diberi sejumput garam secukupnya. Untuk sekedar memberikan cita rasa agar tidak tawar.
Kemudian diuleni dengan air yang dituang sedikit demi sedikit sehingga tekstur berubah menjadi berbutir. Lalu dicetak di loyang serupa loyang kue pancong hingga kelapa melumer dan adonan pun saling bertaut.
Dan diberi tutup di bagian atasnya, guna mempercepat proses pematangan itu sendiri yang tanpa memerlukan minyak. Digarang di atas tumpukan kayu bakar, dipanggang hingga matang serta mengeluarkan aroma harum mewangi.
Uniknya untuk memanggang kue rangi ini para penjaja kue rangi masih menggunakan bahan bakar kayu, yang mana kayu bakar di wilayah perkotaan menjadi barang yang langka dan sangat susah dicari.
Dan untuk bahan saosnya sendiri terdiri dari gula merah yang dilarutkan dengan air, diberi helai daun pandan. Untuk memberikan aroma wangi yang kuat dan khas kemudian dicampur sagu guna mengentalkan.
Lalu saus gula merah tersebut di olesi pada kue rangi, kian menambah aroma di antara perpaduan rasa manis dan gurih. Amboi nikmatnya disetiap gigitan dimakan selagi hangat.
Kue rangi kudapan sederhana yang mana keberadaannya kian langka saja. Namun sejatinya tetap ada di sela segelintir penjajanya.
Jakarta, 22/9/2023
Salam Kompasiana
Hera Veronica Suherman