Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Masih Minimnya Kesadaran Masyarakat

14 September 2023   08:26 Diperbarui: 14 September 2023   08:53 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masih Minimnya Kesadaran Masyarakat

Masih minimnya kesadaran masyarakat perihal arti pentingnya menjaga lingkungan sekitar, dan masih kurangnya wujud kepedulian tiap-tiap diri menjaga bantaran kali.

Dari sampah yang acapkali menggenangi, dibuang sesaki baki penampungan yang menjadi jalur air menuju pembuangan. Alhasil dapat menyebabkan penyempitan dan pendangkalan kali.

Sampah-sampah berisi botol-botol air mineral, dan limbah rumah tangga senantiasa dikeruk oleh Tenaga Dinas Kebersihan, hingga menghasilkan sampah berkarung-karung jumlahnya beserta endapan lumpur.

Namun sampah selalu ada lagi dan ada lagi, seolah sampah tak pernah ada habisnya, dan rupa kali yang semula sedap dipandang mata. Kembali dipenuhi dengan sampah sampah yang centang perenang.

Dan sepertinya aksi bersih-bersih kali yang rutin dilakukan Tenaga Kebersihan milik Pemprov DKI, menjadi pekerjaan sia-sia dan tak menyisakan bekas.

Sebab warga sekitar masih saja membuang sampah tak pada tempatnya, cenderung membuang sembarangan tanpa peduli ulahnya mengotori dan mencemari lingkungan.

Bahkan sewaktu-waktu dapat menjadi pemicu banjir meluap, ketika intensitas hujan sedang tinggi. Serta dapat memuntahkan isi perutnya tanpa bisa diprediksi.

Di berbagai tempat pun masih ada saja dijumpai tumpukan sampah, yang dibuang warga tak hanya menggunung namun juga mengeluarkan aroma yang tak sedap. Lantaran membusuk terkesan amat menjijikan.

Sampah-sampah tersebut diletakan dan dibiarkan terongok di atas trotoar, di bahu jalan bahkan sampai meluber penuhi badan jalan. Sehingga menggangu para pengendara di tengah lalulalang.


Dokpri
Dokpri
Lantas kemanakah raibnya Budaya Malu, rasa malu seperti sehelai kain menutupi diri. yang semestinya dimiliki setiap individu, bukan malah seperti telanjang. Busana malu seperti koyak compang-camping, hanya menyisa sekerat rasa ketidakpedulian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun