Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nyawa Hidup di Ujung Tanduk Kematian Memeluk

11 Februari 2023   07:27 Diperbarui: 11 Februari 2023   07:30 332
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source : derita kelaparan.net

Nyawa Hidup di Ujung Tanduk Malaikat Kematian Memeluk

Seseorang seperti menanti ajal
duduk meringkuk
tak kuasa menopang
ringkih raganya

Hanya tulang dibungkus kulit
menunggu detik-detik
hela nafas penghabisan
menutup rapat pintu usia

Serta kelopak mata
tak lagi membuka.sebab
telah kenyang menjilat nestapa
merangkainya menjadi

Karangan bunga derita
dipancangkan di belahan dunia
di tanah papa di raga-raga yang erat
memeluk busung lapar

Dan tak jauh darinya
burung bangkai dengan
sorot mata liar dan nanar
seakan gusar dan tak sabar

Menanti pesta makan besar
di tanah yang orang-orangnya
berpakaian tak ubahnya perca
yang rintihnya sayup-sayup sampai

Di ujung gendang telinga dunia
tak sampai dalam merasuk
kian hari kian mempertontonkan
deret tulang iga bertonjolan

Seakan ingin berteriak
mengoyak dan merobek
lembar kenyataan terpampang
perihal kehidupan yang timpang

Sementara di sudut lain
sepasang mata lebih memilih
sibuk mengabadikan gambar
potret realita perihal

Sekerat pilu seiris ngilu
bukan meraih lengan
atas nama kemanusiaan
tapi malah menjajakan gambar mati

Nyawa hidup.yang di ujung tanduk
hingga malaikat kematian
datang memeluk tubuh meringkuk
dan ia pun dihantui bayang-bayang

Penyesalan seumur hidup
di sela liuk tarian debu
serta di antara kusut masai
wajah kusam papa

Maka berpesta-poralah
burung bangkai nan lapar
dan semua pun usai
disaksikan dua mata telanjang

Pengabadi gambar
yang nuraninya dirogoh
dan ditaruh di saku baju
ditimbun bisu sampai akhir waktu

H 3 R 4
Jakarta, 11/02/2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun