Menantimu Hingga Mencuat Uban di Kepala
Tak terhitung helai uban
yang tumbuh dan leluasa
bermunculan di kepala
menyembul dari sela
Perak yang kian banyak saja
makin ganas melumat hitam
hingga tampak dominan
mencuat di antara helainya
Perak sebagai pertanda
sepatu waktu berjalan
tak sekedar di tempat melainkan
terus laju meski dalam gagu
Dan penantian di bangku kayu
seiring jiwa di koyak kenangan
yang datang bertandang
mengetuk perlahan pintu ingatan
Pesisir acap kali tak luput menyihir
sepasang mata tua menyisir
air tenang yang sesekali beriak
dalam teriak parau masa lampau
Terus menantimu hingga
memutih rambut di kepala
mungkinkah kau lupa
jalan pulang menuju hatiku
Ataukah kau sudah
tak kerasan lagi
bersanding denganku
hingga waktu kelak lebur jadi abu
Lantas mengubur jasad kenangan
nan harum mewangi
dan aku masih duduk termangu
membunuh sepi hingga mati berkali- kali
H 3 R 4
Jakarta, 28/12/2022