Aku Pulang
Aku pulang
selepas menjaja suara
bukan suara emas hanyalah
suara sumbang yang dihargai
tak seberapa hanya selintas lepas
merasuk telinga sebagian berlaku acuh
segelintir seperti tengah mendengarkan
Suaraku pecah
di atas atap bus kota
di kursi-kursi penumpang
membentur kaca-kaca jendela
di lantai tercecer dan lantas terabai
bertikai dengan riuh deru mesin-mesin
timbul dan tenggelam di pengapnya hari
Keping uang logam
pun berdenting jumpalitan
saling tumpang tindih seperti
berat beban tersampir di pundak
bergelayut manja di sela gitar kopong
di kusutnya hidup di gontainya langkah
nafas hidup yang serasa terengah-engah
Aku pulang menyeret
langkah meski di dera lelah
berkejaran dengan bus kota tua
yang jalan terseok seperti tengah
menanti ajal mogok di tengah jalan
lantaran uzur serta kian soaknya daksa
berhias tebal karat dan lagi cat mengelupas
Aku pulang beraroma
keringat ketiak digelayuti
remah-remah daki serta amat
kecut bak cemeti tak henti melecut
di jalan hidup nan kusut di semangat
yang tak pernah larut meski perut gaduh
senandungkan kuat-kuat irama keroncongan
Aku pulang
selepas menjajaki
bus-bus kota serta nikmati
gemulai tarian debu di tubuh aspal
H 3 R 4
Jakarta, 22/10/2022