Ketika Kita Duduk Satu Meja
Kau dan aku duduk satu meja
sejujurnya aku tak terlalu memperhatikan
apa yang tengah kau perbincangkan
kala itu di Resto cepat saji
Sebab seperti ada sesuatu
menggelitik rasaku dan merampas
kedua netraku agar leluasa
melucuti sepasang mata elangmu
Yang diinaungi alis hitam tebal
memeta seraut wajahmu di sela
gurat keras nyata terpahat dan
menatap bibir bagian atas-bawahmu
Tengah bergerak-gerak luncurkan kalimat
namun sepertinya aku tak menangkap
ke mana arah pembicaraanmu
sebab yang aku tahu parasmu
Kerap kacaukan pikiranku
menabuh genderang huru-hara di kepala
porak porandakan sekerat jiwa buat
tersipu malu di antara belati terkesima
Hingga pada akhirnya tatap mata kita
tak urung bertabrakan layaknya
sengit perang bintang buat terhenyak
di antara rindumu rinduku terserak
Kita seperti mencari-cari sesuatu pada
manik mata melumurinya dengan
segenap cinta nan sahaja
dan seperti didapati setumpuk
Bara rindu yang hangatnya baluri sukma
di tengah terpa gigil mencungkil
kita nikmati apa yang bisa kita nikmati
detik ini yakni setangkup burger
Dengan premium cheese terhidang
di depan meja tak disentuh sedari tadi
tiba-tiba kita sudah merasakan kenyang
rindu terpuaskan hanya dengan
Saling beradu pandang
melempar seiris senyuman
lantas ditelan mentah-mentah
hingga terbitkan rasa begah
H 3 R 4
Jakarta, 22/10/2022