Deru nafas Kemiskinan Riuh Kehidupan Jalanan
Ada yang lebih suka menadahkan tangan berkeliaran, di jalan mengais kepingan belas kasihan dengan bayi dalam gendongan yang terlebih dahulu dicekoki obat tidur. Tidur layaknya orang mati.
Ada tubuh-tubuh terajah tinta permanen bertameng gitar, menjajakan suara-suara sumbang milik kaum Marjinal selepas konser mini terhenti. Lantaran traffic light kembali menyala guna dilintasi.
Ada yang menjual kemiskinan dengan berpura-pura, menderita cacat dengan segudang tipu daya harapkan sekeping iba tak peduli memutus arteri malu. Enyahkan harga diri di atas aspal.
Ada pengendara yang menatap dengan sorot mata muak, lantaran sandiwara murahan yang dimainkan saban harinya di sudut lampu merah di perempatan jalan. Seraya bersikap acuh tak acuh.
Ada Penjual asongan berseliweran di badan jalan dengan baki asongnya, menjaja rokok ketengan, Untung tak seberapa sementara kepala terpanggang panas terik mentari melumat penuh garang.
Ada seseorang yang memeta kehidupan jalanan, lantaran merasa senasib sepenanggungan. Pernah terdampar dan mencicipi kehidupan jalanan yang keras, sekeras tekad membaja.
Bersama dengan sekelumit suka duka serta beragam kisah pilu merengkuh kalbu menyeduh air mata. Merekahkan seulas senyuman di atas jalinan pertemanan. Solidaritas tak ada matinya.
Benhill - Memories
Lorong Hitam
* ) Where are u guys... stay a way from drugs!
***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta 13/08/2021