Mohon tunggu...
Hera Veronica Suherman
Hera Veronica Suherman Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengamen Jalanan

Suka Musik Cadas | Suka Kopi seduh renceng | Suka pakai Sandal Jepit | Suka warna Hitam

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kemacetan di Pintu Perlintasan

25 Juni 2021   00:26 Diperbarui: 25 Juni 2021   00:34 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi Hera

Kemacetan di Pintu Perlintasan

Pintu perlintasan kereta api di Kramat Sentiong hingga kini belum juga ditindak lanjuti, kian hari kian parah lantaran bebatuan split dengan texture melancip disisi-sisinya berceceran terserak di badan jalan. Lantaran terpental ban-ban motor milik pengendara yang berdesakan.

Belum lagi tatkala hujan turun membuat jalanan jadi kian licin ketika dalam kondisi lalulalang kendaraan riuh lintasi perlintasan secara bersamaan. Dapat menimbulkan kecelakaan akibat tergelincir, badan jalan pun dipenuhi retakan dan legokan dalam tentunya menyulitkan para pengendara.

Pemandangan kemacetan di pintu perlintasan merupakan hal yang biasa dari waktu ke waktu, seusai rangkaian gerbong memanjang berlari kencang di atas lempeng baja selepas lengking peluit kemudian lenyap tak terlihat ekornya menuju suatu tempat nun jauh singgahi stasiun demi stasiun.

Dokumentasi Pribadi Hera
Dokumentasi Pribadi Hera
Hendaknya setiap keluhan dari warga mengenai jalanan rusak di area perlintasan segera ditindaklanjuti, bukan diabaikan tak ubahnya angin lalu yang sama sekali tak terdengar gaungnya seakan senyap  kendati nada-nada sumbang jelas menghampiri. Telinga-telinga yang tentunya tak tuli hanya saja tak mau ambil peduli.

Jangan pintu perlintasan harus memakan korban terlebih dahulu baru semuanya dibenahi, bukankah mencegah terjadinya kecelakaan itu jauh lebih baik sebagai langkah antisipasi meminimalisir angka kecelakan di pintu perlintasan kereta api. 

Meski berpalang namun jalanan rusak parah.
Sungguh ironi sebaiknya mencegah sedari dini ketimbang setelah sesuatu terjadi, merenggut nyawa pengendara akibat jalanan rusak parah. Serta mencipta sengsara ditengah himpit kemacetan tatkala lintasi pintu perlintasan kereta. Yang sepertinya tak layak guna dilintasi tapak-tapak ban di atas licin.

Pintu palang menjadi saksi perihal macet, desak-desakan, jalanan berlubang, serta mereka yang tak peduli atas keselamatan para pengendara yang berbondong-bondong melindas lubang-lubang aspal yang rusak parah dimana pengendara serempak menyebrang beriringan.


***
Hera Veronica Sulistiyanto
Jakarta | 25 Juni 2021 | 00:25

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun