Mohon tunggu...
Hepy Hendarto
Hepy Hendarto Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Pemerhati subkultur dan kultur sepakbola. Kontak saya jika memerlukan kerjasama, dan penulisan blog atau artikel. Email: hepy.hendarto@gmail.com , telephone/whatsapp: 081228575978

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

FC St. Pauli dan Madzhab Punk Football

7 Maret 2023   07:16 Diperbarui: 7 Maret 2023   07:18 1346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

'Created by the poor, stolen by the rich'. Slogan yang sering digaungkan oleh para supporter sepakbola karena merasa kapitalisasi sepakbola oleh para orang kaya, mereka merasa dipaksa menjadi sapi perah penghasil uang. Sepakbola awal dipopulerkan oleh para kaum pekerja, dan kaum kelas bawah untuk sekedar hiburan dikala masa istirahat kerja mereka. 

Waktu berjalan dan sepakbola ikut berkembang, lambat laun mengikuti perkembangan zaman, kapitalisasi sepakbola menjadi hal yang nyata, mahalnya harga tiket, merchandise, dll, yang hanya digunakan untuk keuntungan para pemilik klub. Hal ini menjadi keresahan tersendiri bagi banyak elemen supporter di seluruh dunia.

Distrik kecil di pinggiran pelabuhan kota Hamburg Jerman yang sarat akan kalangan bawah, tuna wisma, pekerja galangan kapal melahirkan klub paling 'kiri' di dunia. Klub yang didirikan pada tahun 1910 di distrik St. Pauli kota Hamburg ini memegang teguh arah kompas idealisme sosialis, anti-fasis, anarkis, libertarianisme, semenjak didirikan. Lambang tengkorak dengan latar belakang hitam menandakan bahwa mereka adalah dari kaum bawah anti kemapanan. Klub yang sedang berkutat di Bundesliga 2 ini sangat melarang adanya Fasisme, Kapitalisme, Homophobia, Rasisme, hingga Seksisme. Kesetaraan menjadi simbol utama, tidak ada yang paling tinggi maupun paling rendah, bersama dengan fundamental mereka membangun dan mempertahankan sebuah klub paling ideologis di dunia.

St. Pauli memiliki kelompok pendukung fanatik yang bernama sama yaitu St. Pauli, Ultras St. Pauli menjadi oase bagi orang orang yang terpinggirkan secara sosial, kaum pekerja, tuna wisma, PSK, skinhead, dan orang orang yang sudah muak dengan kapitalisasi sepakbola. Para elemen fans dimata orang lain sebagai masyarakat yang terpinggirkan ini merasa bahwa mereka menemukan rumah untuk bernaung, dan berekspresi. Basis fans yang banyak inilah yang menjadikan poros utama keuangan klub dengan menjual merchandise sangat ikonik yaitu lambang tengkorak.

Picture: Footballparadise
Picture: Footballparadise

St. Pauli mendeklarasikan ideologi mereka bagaimana klub tersebut berjalan yang dituangkan dalam manifesto pada kongres St. Pauli tahun 2009. Dilansir dari situs resmi klub, pada tahun 2009 FC St. Pauli menjadi klub pertama di Jerman yang mengadopsi seperangkat prinsip panduan [Leitlinien] ketika resolusi terkait disahkan oleh mayoritas di RUPS klub. Manifesto tersebut adalah:

1. FC St. Pauli, dalam totalitas anggota, karyawan, pendukung dan sukarelawan , adalah bagian dari komunitas lokal dan dengan demikian dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh perubahan sosial di bidang politik, budaya dan sosial.

2. FC St. Pauli menerima tanggung jawab sosial ini dan mempromosikan kepentingan anggota, karyawan, pendukung, dan sukarelawannya di luar bidang olahraga.

3. FC St. Pauli adalah klub yang berakar di distrik kota. Itu berutang identitasnya untuk ini dan memiliki tanggung jawab sosial dan politik terhadap distrik dan orang-orang yang tinggal di sana.

4. FC St. Pauli menyampaikan cara hidup dan merupakan simbol keaslian olahraga. Hal ini memungkinkan orang untuk mengidentifikasi diri dengan klub secara independen dari kesuksesan apa pun yang mungkin dicapai di lapangan. Fitur yang menonjol dari peluang identifikasi ini harus dipelihara dan dilindungi.

5. Toleransi dan rasa hormat dalam interaksi timbal balik kita adalah pilar penting dari filosofi St. Pauli.

5. Sementara FC St. Pauli terdiri dari banyak bagian saat ini, itu telah ditentukan oleh sepak bola, baik secara internal maupun eksternal, sejak awal.

6. Selain ketentuan undang-undang umum, Peraturan Stadion dan Kode Etik untuk Fanladen Away Travel menjadi dasar bagi para anggota, karyawan, pendukung, dan sukarelawan FC St. Pauli.

7. Individu dan kelompok harus tunduk pada perilaku mereka saat ini dan masa depan untuk evaluasi kritik diri terus-menerus dan sadar akan tanggung jawab mereka untuk orang lain. Orang dewasa tidak boleh lupa bahwa mereka adalah panutan, terutama bagi anak-anak dan remaja.

8. Tidak ada penggemar yang 'lebih baik' atau 'lebih buruk' . Setiap orang dapat mengekspresikan fandomnya sesuai dengan keinginannya, asalkan perilakunya tidak bertentangan dengan ketentuan di atas.

9. FC St . Pauli akan terus menjadi tuan rumah yang baik . Klub memberikan tamunya hak yang luas dan berharap ini dihormati sebagaimana mestinya.

10. Basis penggemar yang aktif (terutama mereka yang aktif terlibat pada hari pertandingan) adalah dasar untuk emosionalisasi sepak bola, yang pada gilirannya menjadi dasar daya jual FC St. Pauli.

11. Sponsor dan mitra komersial FC St. Pauli dan produknya harus sesuai dengan tanggung jawab sosial dan politik klub. Detailnya diatur oleh pedoman pemasaran klub [ Vermarktungsrichtlinen ].

12. FC St. Pauli akan melobi badan pengatur masing-masing untuk penjadwalan awal pertandingan dan waktu kick-off ramah suporter .

13. Bagian terpenting dari olahraga adalah permainan yang dimainkan oleh tim , jadi ini harus menjadi fokus. Suasana didorong oleh interaksi penggemar dan pemain. Program pendukung harus ditandai dengan fakta dan penyampaian informasi yang berkaitan dengan klub dan distrik.

14. Penjualan barang dan jasa di FC St. Pauli didorong tidak hanya oleh pertimbangan komersial tetapi juga oleh prinsip kecocokan sosial, diversifikasi penawaran, keberlanjutan dan ekologi . Alat pembayaran potensial harus dapat didukung dan kompatibel. Jika terjadi kekurangan produk, pemegang tiket musiman dan anggota harus mendapat prioritas.

Jika dibandingkan dengan Bayern Munchen atau Dortmund yang sukses di liga, ataupun rival sekota yaitu Hamburger SV, St. Pauli jelas kalah telak perihal prestasi, apalagi soal finansial. Namun itu bukanlah sesuatu yang membuat fans gusar dan menuntut untuk meraih kejayaan, bagi mereka tonggak jiwa sosial lebih tinggi daripada bergelimang tropi. 

Tercatat prestasi tertinggi St. Pauli adalah memasuki Bundesliga tetapi hanya satu musim saja bertahan dan harus terdegradasi ke Bundesliga 2. Para fans tidak marah ataupun sampai menuntut manajemen, mereka bisa dikatakan sebagai pemilik klub tetap meneriakkan 'Forza St. Pauli' di belakang gawang, karena bagi mereka apalah arti kemenangan, penuh dengan tropi, jika klub acuh dalam bakti sosial.

Picture: TheOffside
Picture: TheOffside

St. Pauli adalah klub yang paling rajin berada di garis depan dalam hal sosial, dikala mereka degradasi ataupun dinyatakan hampir bangkrut mereka tetap membagikan hasil penjualan merchandise kedalam kegiatan bakti sosial seperti mengirim air ke daerah yang kekurangan air, panti asuhan, bahkan mereka menyelenggarakan turnamen bagi negara yang belum diakui oleh FIFA. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun