Mohon tunggu...
heny khair
heny khair Mohon Tunggu... Dosen - Ibu rumah tangga yang sedang sekolah

Sekolah dan punya bayi adalah paduan yang seru

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Mengatasi Kekecewaan Pasca Ghosting

9 Maret 2021   16:17 Diperbarui: 9 Maret 2021   19:28 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Sering melihat kata ghosting digunakan wira-wiri di media sosial tetapi hari-hari ini sedang banyak diperbincangkan karena sebuah kasus yang sedang menjadi trending topic. Dari berbagai status dan komen warga net aku mencoba memahami efek psikologi dan efek sosial dari ghosting. Ada satu pengalaman seorang teman yang sangat keren untuk mengatasi kekecewaan pasca ghosting. 

Ghosting bisa jadi masalah biasa dalam sebuah hubungan cinta dua manusia tetapi mempunyai efek yang bisa mengganggu kesehatan mental bagi yang dighosting. Dia bisa kehilangan kepercayaan diri,  merasa  worthless, merasa tidak pantas untuk dicintai hingga ditinggal begitu saja. Perasaan tidak pantas dicintai bisa membuat seseorang depresi dan meaningless. Manusia punya rasa dan hati yang tidak bisa direndahkan begitu saja. Rangga pernah melakukan hal ini pada Cinta. Sepucuk surat berisi selamat tinggal termasuk ghosting jika si penerima tidak diberi ruang untuk mendapat penjelasan lebih lanjut apalagi berdialog. Dan efeknya Cinta mengunci diri di kamar berhari- hari hingga geng cinta kawatir setengah mati dan sebagian mendendam pada Rangga yang telah menyakiti sahabat mereka. "Rangga, yang kamu lakukan itu...Jahat"

Korban ghosting bisa menyalahkan diri-sendiri  karena merasa telah menyia-nyiakan waktu dengan orang yang ternyata tidak menghargainya, merasa bodoh dan merasa rugi habis-habisan. Sekali lagi cara menerima kenyataan dighosting ini masing -masing pribadi berbeda karena mental tiap orang juga berbeda. Ada yang memiliki trauma masa kecil, ada yang memiliki kecenderungan anxiety (kecemasan) dan ada pula yang easy going. Respon sedih karena dighosting itu wajar. Bahkan marah pun wajar. Marah bukan untuk ingin kembali tetapi lebih ke guilty feeling karena telah membuang banyak waktu dan perasaan untuk orang yang tidak bertanggungjawab. 

Seorang teman berbagi pengalamannya tentang dighosting. Dia butuh waktu satu tahun untuk bisa move on. Menurutku itu waktu yang lumayan cepat karena ada yang mengatakan hingga puluhan tahun tak bisa memaafkan dirinya sendiri karena menjadi korban ghosting. 

Teman ini merasakan patah hati yang amat sangat selama setahun. Dia berusaha memaafkan dirinya sendiri dan orang yang melakukan ghosting tersebut. Dia mendaftar kelas muay thai untuk olahraga, mulai membeli make up dan mencoba beberapa tutorial make up di Instagram. Intinya di self-care. Self-care masing-masing orang beda jadi mungkin bisa mulai mengaktifkan hobby lagi seperti memasak, membaca buku yang belum selesai dan lain-lain.   

Berikutnya teman saya sering dinner dan ngopi cantik bersama teman-temannya. Mungkin bagi orang yang bersedih rasanya sulit untuk ketemu orang tapi mengaktifkan support system merupakan jalan yang bisa memaksa kita untuk bergerak. Support system adalah mereka yang tidak menghakimi kita. Yang paling saya suka teman saya ini lalu mengajak orangtuanya liburan, stay di hotel mewah dan memanjakan mereka berdua. Intinya kita memanjakan orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita. 

Bisa dengan memasak untuk orang tua, menemani ibu belanja atau mengajak jalan jalan keponakan bocil. Ganti suasana mungkin itu juga resepnya. Kalau teman saya pindah kerja mungkin bisa diadaptasi dengan mendekor ulang kamar kita, membersihkan rumah, membeli furniture baru? Dia merasa mendung yang selama ini ada di pikirannya telah sirna, selalu berpikir positif dan cuma ada rasa bersyukur dan bersyukur. Bersyukur karena Tuhan telah mengijinkannya bangkit dengan cara-cara yang dia lakukan. Dia membuktikan bahwa 'the prettiest girl is the happy one'. Yang terakhir adalah self-development. Dia bergabung di organisasi sosial dan membantu sepupunya mengajar bahasa Inggris dan matematika bagi anak-anak yang tinggal di pinggir rel di belakang Mangga Dua. Kerja sosial itu ternyata bukan untuk orang lain tetapi untuk diri kita sendiri.

Tulisan ini saya buat masih dalam rangka International Women's Day. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun