Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Janganlah Beribadah dengan Otak Reptil

9 Januari 2021   07:25 Diperbarui: 9 Januari 2021   07:36 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Reptilian Brain

Reptilian brain atau otak reptil merupakan bagian dari otak manusia. Sifat dasar utama dari bagian otak ini adalah rasa takut; flight or fight. Rasa takut menghadapi sesuatu alami untuk tetap bisa hidup. Demikian juga ketika kita menghadapi sesuatu yang menurut kita tidak mampu untuk diselesaikan bisa melakukan tindakan melarikan diri atau nekat menghadapi. Dalam yang tampaknya berani sesungguhnya juga dilandasi rasa takut demi untuk bisa hidup.

Tidak dapat disangkal karena memang secara ilmiah terbukti bahwa ada bagian otak kita yang sejenis dengan yang ada pada otak hewan jenis reptil. Bila kita amati, otak reptil yang didominasi oleh rasa takut belum memiliki emosi. Bagian otak lainnya yang disebut limbik lah baru memiliki syaraf yang berkaitan dengan emosi; mammalian brain, otak mamalia.

Ibadah   

Ibadah atau sembahyang merupakan ritual persembahan atau penyembahan kepada Dia Sang Pencipta alam semesta dengan berbagai wujud. Saya sebutkan dalam berbagai wujud karena memang Dia Maha Kuasa, jadi ya semuanya Dia mau mengambil wujud atau bentuk seperti apa juga. Karena kepicikan kita, maka kita sering mengatur bentukNya. Tak berwujud pun merupakan bentukNya.

Nah untuk menyampaikan ungkapan rasa syukur atas segala sesuatu yang telah kita nikmati, maka kita melakukan ritual persembahan yang kemudian kita debut ibadah atau sembahyang; sembah kepada Hyang. Tidak ada pemaksaan untuk menyembah-Nya, Karena kita sebbah atau tidak, Dia Yang Maha Hidup telah memberikan Kehidupan bagi kita.

Yang menjadi penyakit adalah bila kita menyembah-Nya dengan rasa takut. Inilah yang saya sebutkan sebagai cara ibadah dengan reptilian brain. Ya, sekali lagi bila kita menyembah Dia Yang Maha hidup dengan landasan rasa takut, kita tidak akan bisa menggapai rasa bahagia. Semestinya kita menyembah Dia sebagai ungkapan rasa TERIMA  KASIH.

Warisan Leluhur

Tidak satu pun rasa ungkapan syukur memiliki makna sedalam 'Terima Kasih" ketika menerima atau mendapatkan sesuatu. Kita menerima kemudian kita berbagi atau kasih (memberikan) juga sesuatu kepada sesama atau lingkungan kita.

Inilah warisan budaya Nusantara. Budaya kita yang mesti dilestarikan. Lakukan ritual persembahan bukan dengan ciri reptilian brain  Menyembah karena takut dosa, takut tidak mendapatkan surga. Atau karena dianggap berani malah kita sama sekali tidak mengakui adanya Tuhan; ateis.  Ya hanya dengan meditasi Kita Bisa melampaui reptilian brain. Kita melakukan persembahan sebagai ungkapan rasa syukur atas segala sesuatu yang kita telah terima.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun