Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mensyukuri Berkah Kelahiran

11 Desember 2020   10:36 Diperbarui: 11 Desember 2020   10:44 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berkah Kelahiran 

Berkah Kelahiran merupakan sesuatu kemewahan. Sesuatu yang amat berharga. Bukan memiliki mobil mewah yang mahal harganya selangit. Kepemilikan mobil yang super mewah bisa menarik kita semakin menjauhi rasa syukur terhadap suatu berkah yang amat berharga. Kita amat sangat mungkin sema kin terlena akan kenyamanan indrawi.

Namun bukan berarti kematian juga akhir segala sesuatu penderitaan. Hanya melalui kematian kita bisa menyadari bahwa segala hal yang kita lakukan selama hidup sudah tepat atau belum. Sudah banyak bukti bahwa sepersekian detik jelang kematian, setiap manusia diperlihatkan kilas kehidupan selama ini. Ada tujuan daripada kelahiran. Sudahkah tujuan sebelum kelahiran terpenuhi? Bila tidak, terjadilah penyesalan. Rasa penyesalan inilah yang mendorong manusia untuk lahir kembali.

Kenyamanan Indrawi 

Evolusi kesadaran roh (gugusan mind dan perasaan) hanya bisa terjadi bila ada godaan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengendalian indrawi mendorong terjadinya evolusi kesadaran. Tanpa adanya godaan kenyamanan indrawi, tidak akan terwujud transformasi dari intelektual menjadi intelejensia atau buddhi.

Jiwa yang sesungguhnya tidak berwujud bisa seakan berwujud. Karena Jiwa dibalut oleh materi: mind dan tubuh. Ibaratnya bawang yang memiliki kulit berlapis-lapis. Kupaslah kulit bawang lapis demi lapis. Pada ujungnya, kita tidak mendapatkan isi atau inti bawang/brambang. Seperti itulah keberwujudan sang Jiwa.

Identifikasi Palsu 

Memang bila dikatakan lucu ya betul. Koq ya si Jiwa ini kurang kerjaan. Datang ke dunia mencicipi menggunakan pikiran dan tubuh, eh malah lupa diri dengan bajunya: pikiran dan tubuh. Akhirnya menderita sendiri. Yang dimaksudkan dengan mind termasuk pikiran dan emosinya.

Emosi dan Perasaan yang kemudian kita kenal dengan tubuh astral/ tubuh halus. Dan karena tubuh astral ini terbentuk di dunia yang bersifat dualitas/materi, maka juga harus dilepaskan di dunia materi. Inilah sebabnya kita harus menghargai berkah kelahiran. Tepat sekali yang dituliskan dalam salah satu kitab; 'Setiap anggota tubuhmu bertanggung jawab atas perbuatannya'.

Karena memang hanya pada anggota tubuh terdapatnya sensor  indrawi. Misalnya tangan memukul, si tangan ini juga memiliki mind. Dan ia juga harus merasakan akbat perbuatannya sendiri. 

Atau mengalami rasa sakit sebagaimana akibat perbuatannya terhadap tubuh orang lain. Inilah hukum alam yagi amat sangat rumit. Tidak berbeda dengan mereka yang baik, tetapi tinggal di suatu daerah yang mengalami bencana. Ia juga mengalami penderitaan. Padahal selama ini orang tersebut dikenal baik, membantu sesama dan memelihara lingkungan. Namun tetap saja ia berada di suatu lingkungan yang bisa terkena bencana. Inilah rahasia alam semesta. Mungkin, ya karena ketidaktahuan saya, sebagai akibat perbuatan masa lalu.

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun