Mohon tunggu...
Marhento Wintolo
Marhento Wintolo Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi Ayur Hypnotherapy dan Neo Zen Reiki. Menulis adalah upaya untuk mengingatkan diri sendiri. Bila ada yang merasakan manfaatnya, itupun karena dirinya sendiri.....

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Penyebab Penderitaan

30 Juli 2020   10:59 Diperbarui: 30 Juli 2020   11:18 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Penyebab Penderitaan 

Penyebab penderitaan adalah ketika ke sadaran kita mengalir ke luar. Kesadaran adalah ketika perhatian berada atau fokus  pada sesuatu yang ingin kita miliki atau pertahankan. Seakan keduanya beda; memiliki dan mempertahankan.

Dalam buku Narada Bhakti Sutra by Anand Krishna dituliskan:

Keinginan untuk memiliki masih bisa diatasi, tetapi keinginan untuk mempertahankan sulit diatasi. Padahal dua-duanya sama. Yang ingin kita miliki dan ingin kita pertahankan berda di luar diri. Jadi, kesadaran kita masih mengalir ke luar. Belum beralih ke dalam. Bila kesadaran kita sudah beralih ke dalam, keinginan untuk memiliki dan mempertahankan akan sirna, hilang, lenyap.

Senantiasa Berubah 

Penderitaan terjadi ketika keinginan untuk memiliki serta mempertahankan tidak terpenuhi. Kekecewaan, kemarahan, rasa malu, sakit hati dan lainnya merupakan ekspresi emosional dari keinginan yang tidak terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah penderitaan. Keinginan terhadap sesuatu yang tidak abadi: Benda atau Materi membuat kita menderita. Karena adalah sufat benda atau materi yang senantiasa berubah.

Mengamati hal tersebut, kita dapat memahami mengapa emosi kita juga senantiasa berubah. Sesedih apa pun atau sebaliknya, segembira atau sesenang apa pun dapat dipastikan tidak akan bisa terus menerus. Bagaikan awan di langit yang senantiasa bergerak dan berubah; kadang ada kadang tiada. 

Dan semuanya merupakan produk dari mind. Dengan kata lain, sesungguhnya kita hidup dalam alam pikiran kita sendiri. 

Tiga Dunia Ciptaan Kita 

Para bijak jaman dulu sudah memahami bahwa sesungguhnya kita hidup dalam tiga dunia; dan ketiganya ada dalam pikiran atau mind kita sendiri. Dunia masa lalu, sekarang, dan akan datang. Inilah dunia Paralel.

Dengan (menghindari keramaian, dan) menyepi (di dalam keheningan diri); tidak lagi terikat dengan (kenikmatan) tiga dunia, dia terbebaskan dari pengaruh sifat-sifat dasar manusiawi, dan terbebaskan dari keinginan untuk memiliki atau mempertahankan sesuatu. (Narada Bhakti Sutra)

Kecewa, marah, dendam, benci dan lainnya disebabkan peristiwa atau kejadian masa lalu; dunia masa lalu. So, bila kita tidak bisa move on dari dunia ini, kita selalu menderita. Dan bila kita bisa berada di saat ini atar dunia saat ini, kita bisa bersyukur. Saat bersyukur kita merasakan kebahagiaan; dipastikan senyuman melekat di bibir.

Namun, ketika ada keinginkan untuk mempertahankan sesuatu atau ingin memiliki sesuatu, kita merasakan cemas, khawatir dan panik. Ketiganya atau mungkin ada lagi, kita hidup di dunia akan datang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun