Mohon tunggu...
Hensi Margaretta
Hensi Margaretta Mohon Tunggu... Konsultan - Pendidik, Trainer, Konsultan, Professional Coach

Fasilitator Sekolah Penggerak Angkatan 2, International Certified of Master Trainer of Education, Master Trainer of FIRST-ADLX, Associate Consultant of NICE Indonesia, ROOTs Consultant

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Knowledge, Skill, Attitude, Mana yang Lebih Penting?

24 November 2021   08:56 Diperbarui: 24 November 2021   09:03 3592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam penyusunan sebuah kurikulum, aspek penting yang tidak boleh diabaikan adalah indikator pembelajaran. Hal ini dikarenakan indikator pembelajaran sangat terkait dengan apa yang akan diperoleh siswa setelah belajar. 

Menurut Taxonomy Bloom ada tiga komponen penting pembelajaran yang tidak boleh diabaikan, yaitu knowledge (pengetahuan), skill (keahlian), dan attitude ( perilaku). 

Knowledge (pengetahuan) merupakan aspek kognitif yang terkait dengan apa yang diketahui, seperti teori, konsep, fakta, atau rumus. Pada umumnya aspek ini dapat ditemukan dalam buku pelajaran atau bacaan. 

Sedangkan skill (keahlian) terkait dengan aspek psikomotorik, yakni berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas, seperti keahlian menggambar, bernyanyi, berhitung. Hampir selalu kita menerapkan pengetahuan ketika menerapkan keahlian. Oleh karenanya keahlian bisa dipelajari dan diajarkan ke orang lain. 

Terakhir, attitude (sikap/ perilaku) merupakan aspek afektif, terkait nilai, persepsi, kecenderungan atau niat seseorang untuk melaksanakan sesuatu. Attitude akan mempengaruhi seseorang dalam memutuskan dan membuat suatu keputusan karena erat kaitannya dengan cara berpikir atau apa yang dirasakan seseorang terhadap suatu hal yang kemudian direfleksikan dalam bentuk perilaku. 

Lantas, dari ketiga komponen pembelajaran tersebut, mana yang lebih penting, knowledge, skill, atau attitude?

Good Content is Never Enough

Pernah dalam sebuah seminar yang membahas sebuah kurikulum saya mengusulkan agar ada evaluasi terkait indikator pembelajaran yang sebagian besar didominasi aspek knowledge. Kesannya, guru sangat 'content centric', yang lebih mengedepankan konsep dan teori dalam buku pelajaran. Akibatnya, anak didik hanya mencapai tingkatan terendah dari Taxonomy Bloom, yaitu Remembering (mengingat atau menghapal) teori yang bisa dibaca dari buku, tanpa pemahaman yang mendalam. 

"Good content is never enough, " katanya. Knowledge sangat penting bagi pendidikan, namun jangan sampai aspek tersebut lebih mendominasi atau sebaliknya, bahkan mendapatkan prioritas lebih sedikit dibandingkan aspek lainnya. 

Artinya, dalam sebuah proses pembelajaran indikator yang bisa dilihat sebagai hasil dari proses pembelajaran bukan hanya pengetahuan yang sifatnya teoritis. Namun, ada aspek lain yang juga perlu diperhatikan dan dibutuhkan oleh anak didik.

Mari kita kembali mengingat bahwa tujuan pendidikan adalah untuk meyakinkan pencapaian terhadap pengetahuan, keahlian, dan perilaku tertentu. Artinya, seseorang dapat memperoleh pengetahuan baru, membangun keahlian, dan membentuk sebuah perilaku melalui proses pembelajaran. Jika seseorang mempelajari sesuatu maka mereka diharapkan mendapatkan satu atau bahkan ketiga komponen tersebut. 

Apalagi dinamika dan tantangan di abad ke-21 jauh lebih banyak. Pada abad ini terjadi perubahan besar ditandai oleh perkembangan informasi yang pesat, perubahan kebiasaan bekerja yang bersandar pada teknologi digital, dan bahkan interaksi sosial pun berubah ke arah interaksi berjejaring melalui sosial media. Pun kita di abad ini telah memasuki era disrupsi yang menempatkan ide dan kreatifitas di posisi terdepan.

Oleh sebab itu, pada era ini kita membutuhkan pendidikan yang tidak hanya sekedar memberikan muatan konten berupa pelajaran dan tugas, akan tetapi mampu membangun metakognitif siswa agar mereka mampu memahami apa yang dipelajari. 

Era ini membutuhkan pendidikan yang dapat membangun kreatifitas siswa agar dapat membangun solusi kreatif untuk masalah sehari-harinya. Era ini membutuhkan pendidikan dimana siswa dapat mencerna dan menerjemahkan informasi dengan baik. Era ini juga membutuhkan pendidikan yang mengutamakan kerjasama dan komunikasi antarsiswa untuk menyiapkan mereka untuk menjadi pemimpin di masa depan. 

Lebih dari itu, kita membutuhkan pendidikan yang menyiapkan mental dan perilaku generasi mendatang untuk berpikir, merasakan, dan bertindak atau berinteraksi dalam situasi tertentu, sehingga mereka menjadi manusia yang berbudi luhur serta dapat menciptakan pengalaman lebih baik buat kehidupan. 

Penutup

Pembelajaran abad ke-21 tentunya memerlukan pengajaran abad ke-21, sehingga guru perlu memiliki model pembelajaran yang berbeda dari pendekatan biasanya. Model pembelajaran yang tidak hanya melalui model penyampaian materi di depan kelas atau sekedar membaca/menyalin dari buku pelajaran. Tetapi, model baru yang lebih relevan dengan kehidupan.

Guru pun perlu merumuskan sebuah desain pembelajaran yang humanis buat anak didiknya agar mereka menjadi manusia 'Global Citizen' yang memiliki kualitas adaptif untuk berkembang, memiliki kompetensi untuk bersaing, berperilaku baik, dan bertanggung jawab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun