Inter Milan berhasil lolos ke final Liga Champions setelah menyingkirkan Barcelona dengan skor agregat 7-6 (3-3) dan (4-3). Ini final mereka yang kedua dalam tiga tahun terakhir dan upaya merebut gelarnya yang ke-4.Â
Pertandingan malam yang dramatis itu berlangsung di kandang Nerazzurri, adalah laga yang telah menyamai rekor semifinal dengan skor tertinggi yaitu rekor menegangkan laga antara Liverpool dan Roma dengan skor 7-6 pada tahun 2018.Â
Inter telah memenangkan gelar Liga Champions tiga kali yaitu back-to-back pada 1964 dan 1965 dan kemudian pada 2010 terakhir kalinya memegang trofi bersejarah itu.Â
Ketika Inter meraih juara Liga Champions tahun 2010, mereka juga menyingkirkan Barcelona di babak semi final dengan skor agregat 3-2. Seakan final kali ini bagi skuad Inter Milan seperti tengah melakukan napak tilas. Â
Di Stadion Santiago Bernabeu pada tanggal 23 Mei 2010, Inter bersama Mourinho mencetak sejarah baru setelah mengalahkan Bayern 2--0 lewat kaki emas Milito pada laga Final Liga Champions.Â
Pada saat itu sosok Jose Mourinho juga membawa Inter menjadi tim Italia pertama dalam sejarah yang meraih Treble Winners juga meraih scudetto Liga Serie A dan Copa Italy.Â
Sistim Gerendel Pintu ala ItaliaÂ
Nerazzurri dengan dukungan suporter yang memenuhi sebagian besar kursi di Stadion Giuseppe Meazza, Rabu (7/5/25) dini hari WIB, menerapkan taktik bertahan ala Italia yang sangat dikenal selama ini sangat ampuh dan kokoh.Â
Sistem catenaccio ternyata masih ampuh dan tangguh diterapkan menghadapi sistem sepak bola modern yang menyerang seperti yang dilakukan Barcelona.Â
Catenaccio yang dikenal selama ini adalah sebuah sistem taktik sepak bola yang menekankan pada kekuatan pertahanan. Kata catenaccio berasal dari bahasa Italia yang berarti gerendel pintu.Â
Strategi grendel pintu ini melibatkan penempatan pemain gelandang tengah kembali ke posisi pertahanan beserta dua wing back, menciptakan sebuah tembok pertahanan yang kuat untuk mencegah lawan mencetak gol.Â