Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Kesendirian di Tengah Keheningan Dini Hari

26 November 2021   13:52 Diperbarui: 28 November 2021   00:45 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Pixabay

Ruh itu suci ketika diciptakan untuk pertama kalinya. Lalu setelah hampir dekat dengan tujuh dasa warsa masihkah Ruh itu tetap suci? Pertanyaan yang terlalu naif untuk ditemukan jawabannya. 

Apa yang pernah aku ingat pada dasa warsa pertama adalah kepolosan dalam mempelajari kehidupan. Perjalanan berlanjut menuju pencarian jati diri dan karakter jiwa pada setiap episode ke episode lanjut. 

Banyak aku temui onak munafik dan duri dengki yang terbungkus senyum kepalsuan. Semuanya tumbuh subur di sekililingku dan di setiap sudut lubuk hatiku. 

Rayuan maut birahi menggoda pada setiap kesempatan. Kerakusan terus menumbuhkan hasrat korup dalam setiap helaan nafas. Sangat menggoda kuat untuk meruntuhkan pertahanan Iman dan Keyakinan. 

Masihkah Ruh itu bisa bertahan dengan kesuciannya? Bagaimana bisa Ruh itu akan tetap suci dalam menjalani kehidupan di kefanaan ini? Saat jasad kasar berlumpur dengan dosa, apakah Ruh itu tetap suci? 

Tubuhku tak berdaya di tengah keheningan dini hari. Aku melihat Ruhku terbang ke Langit meninggalkan jasad kotorku. Ruh itu tetap suci dalam genggamanNya. SubhanAllah. 

@hensa. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun