Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen : Kemarau Panjang di Kota Hujan

7 September 2021   17:12 Diperbarui: 8 September 2022   14:55 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jalan Surya Kencana Bogor tahun 2021 (Foto Beritasatu.com/Vento Saudale)

Di tempat itu hanya ada beberapa orang yang menunggu terutama dari pihak keluarga dan kerabat dekat. Karena memang para pelayat dibatasi oleh protokol kesehatan yang berlaku. 

Aku berdiri sekitar 20 meter hanya bisa melihat dari jauh ketika jenazah itu mulai dikuburkan. Terik Matahari musim Kemarau ini tidak kau hiraukan untuk menghadiri pemakaman ini. 

Ketika semua pelayat meninggalkan makam, aku juga hanya bisa memandang dari jauh ketika seorang wanita dan suaminya bersimpuh berdoa di depan makam yang tanahnya masih basah itu. Jenazah yang baru saja dikuburkan itu adalah Erika Amelia Mawardini. 

Aku masih berdiri di situ ketika wanita dan suaminya selesai berdoa. Mereka mulai berjalan meninggalkan makam mendekat melintas di depanku. 

Aku masih sempat melihat wanita yang sedang berduka itu wajahnya mirip sekali dengan Erika. Aku tak berkedip memandang wajah itu seperti melihat Erika hidup lagi. Tapi wanita itu adalah anak Semata Wayangnya.  Selamat jalan Erika, semoga damai di Sisi Allah. 

@hensa

Sindangpalay 7 september 2021. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun