Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bedah Tuntas Kinerja Timnas Garuda Usai Gagal di Kualifikasi Piala Dunia 2022

12 Juni 2021   22:26 Diperbarui: 16 Juni 2021   01:20 890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Skuad timnas Indonesia pada laga uji coba menjelang lanjutan Kualifikasi Piala Dunia 2022 Zona Asia di Uni Emirat Arab (UEA). (Dok. PSSI via komaps.com)

Sesungguhnya striker tidak bisa juga disalahkan jika mereka tidak mendapatkan dukungan yang memadai dari lini tengah. Umpan-umpan dari seorang play maker sangat dibutuhkan seorang striker.

Evan Dimas dan Syahrian Abimanyu belum optimal mengeluarkan kemampuannya dalam setiap laga mereka.

Begitu pula dukungan dari sisi sayap. Pada posisi ini mungkin hanya Asnawi Mangkualam, Egy dan Witan yang bisa dikatakan bermain sangat baik.

Budaya Prestasi Instan Federasi

Selama ini pengurus PSSI selalu mempunyai program yang jangkauannya pendek. Mungkin hanya sebatas masa kepengurusan mereka.

Bahkan ketika PSSI memutuskan memilih Shin Tae yong bukan memilih Luis Milla. Hal itu karena Shin berani mencapai target jaura SEA Games 2021 di Vietnam. Sedangkan Luis Milla ingin membina Timnas Garuda dengan program jangka panjang.

Hal itu terkesan mengincar prestasi instan sangat kental. Apalagi jika nanti Shin gagal mencapai target kemudian dipecat, maka semakin jelas apa yang diinginkan pengurus PSSI.

Walaupun benar sekali bahwa kita harus realistis menghadapi kekalahan dengan lapang dada.

Namun hal tersebut harus memaknainya dengan positif karena prestasi itu tidak hadir seperti orang bikin mie instan. Butuh perjuangan panjang.

Joachim Louw saja sejak melatih Jerman pada tahun 2006 baru bisa meraih prestasi tinggi di Piala Dunia 2014 sebagai juara. Delapan tahun yang panjang.

Apalagi Indonesia dengan SDM pesepakbola dengan level jauh di bawah Jerman, tentu memerlukan waktu jauh lebih lama lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun