Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Satu Kata

5 April 2021   03:22 Diperbarui: 5 April 2021   21:09 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto Dokpri

Puisi satu kata tak terhingga, berjajar tanpa makna, tanpa rasa.

Puisi satu kata, membawa sedu sedan dan kecewa, tanpa makna, tanpa rasa.

Seolah ribuan detak detik bergulir menuju satu kata dalam sebuah puisi satu kata tanpa makna, tanpa rasa.

Pula, jutaan hamparan harapan terbentang membelah setiap jengkal ruang dalam sukma dalam sebuah puisi satu kata tanpa makna, tanpa rasa. 

Sementara mimpi masih harus menepi dari diksi-diksi yang terangkai dalam sebuah puisi satu kata tanpa makna tanpa rasa. 

Akankah aku masih terpaku terperangkap di sini dalam pelukan puisi satu kata, tanpa makna, tanpa rasa?

Terbelenggu tak berdaya dalam dekapan masa lalu yang penuh cerita? Akankah? 

Kini aku terpaku duduk tersipu tanpa raga membaca puisi tanpa kata tanpa makna sendiri di sudut sepi.  

Tragis. 

@hensa

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun