Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Hari Kemarin

19 Januari 2021   14:54 Diperbarui: 25 Januari 2021   16:14 695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Pixabay

Mikayla bisa memahami jika Ibunya harus menikah lagi maka diapun memberikan restu. Bagi Mikayla pernikahan Ibunya penuh dengan harapan perbaikan ekonomi untuk keluarganya sehingga kuliahnya di Bandung juga berjalan dengan lancar.

Mikayla teringat saat pertama kali bertemu dengan lelaki calon ayah tirinya. Kesan pertama yang terlintas bahwa dia seorang lelaki yang ganteng berbadan tegap dan kelihatan bertanggung jawab. Sangat pantas untuk Ibunya yang hingga kini masih tetap cantik.

Namun hanya ada sedikit ganjalan bagi Mikayla, mata calon ayah tirinya itu jika memandang Mikayla seperti sedang menelanjangi dirinya. Mungkin wajar siapapun lelaki pasti terpana jika berjumpa dengan Mikayla, seorang gadis yang molek, rupawan, berkulit putih dengan rambut terurai.

Namun jika hal ini dilakukan oleh calon ayah tirinya maka bagi Mikayla tentu saja merasa risih. Sikap itu sangat tidak wajar. Hampir saja Mikayla ingin mengutarakan hal ini kepada Ibunya namun dia urungkan. 

Mikayla hanya berfikir bahwa itu mungkin hanya perasaannya saja. Ternyata sampai saat ini firasat seorang wanita tidak boleh diremehkan.

Suatu hari Ibunya sedang mendapat tugas dari perusahaannya ke luar Kota. Saat itu Mikayla sedang berlibur semester di Medan. Mikayla sudah merasakan firasat tidak baik saat makan malam bersama Ayah tiri dan ketiga adik laki-lakinya.

Ayah tirinya suka mencuri curi pandang dengan pandangan yang aneh tapi sekali lagi Mikayla mencoba berfikir bahwa itu hanya perasaannya saja.

Di kamar tidur itu Mikayla terlelap hingga saat dini hari yang sepi itu dia baru tersadar ketika merasakan adanya dekapan kuat bak birahi kuda jantan liar dan buas yang membuat Mikayla tak berdaya.

Mikayla berusaha meronta namun sia sia. Semakin keras meronta maka semakin buas lelaki biadab itu. Beberapa saat kemudian Mikaylapun terkulai lemah. Kini Mikayla ibarat sekuntum bunga yang layu, lusuh penuh dengan debu.

Sebuah noda dosa berwarna merahpun menetes basah diatas sprey putih itu. Hanya tangisan pilu Mikayla penuh dengan perih dan sedih.

Peristiwa malam jahanam itupun harus terjadi. Bagi Mikayla Ayah tirinya adalah seorang biadab lebih buas dari binatang buas manapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun