Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pertemuan Kedua

12 November 2020   15:03 Diperbarui: 15 November 2020   16:23 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto by Pixabay

Berjalan di pematang sawah dalam udara segar pagi hari, rasanya hati ini begitu tenang. Sejauh mata memandang hanya ada dedaunan hijau pohon perdu dan pesawahan terhampar seluas dan selapang dadaku.

Inilah yang aku dapatkan ketika aku pulang ke Pesantren Darul Madinah. Tentu saja ada hal utama yaitu segala nasihat penuh hikmah dari KH Ahsan Ghufron. Beliau selain Bapakku, juga pemilik dan pendiri Pesantren.

Hanya satu yang bikin aku "bete" setiap pulang ke Pesantren yaitu pertanyaan Ibu. "Hen, kapan kamu kenalkan calon istrimu?" Sama seperti yang kualami ketika pulang kali ini.

Mendapat pertanyaan Ibu, aku biasanya hanya tersenyum sambil menjawab pendek. "Sabar Bu, nanti juga kuperkenalkan."

Sebenarnya bicara calon teman hidup aku kembali teringat kepada Mikayla Angela. Jika teringat dia, maka rasa risau itu kembali datang. Aku masih terus mencoba untuk melupakannya.

Senin pagi ini, ada kegiatan akademik mata kuliah Keterampilan Praktik Klinik Tahap III. Biasanya jadwal berlangsung hingga siang. Tetapi pagi itu aku tidak sempat melakukan sarapan pagi di Kantin. Terpaksa aku harus menahan lapar walaupun tadi masih sempat makan sepotong roti.

Siangnya aku langsung menuju Kantin Kampus karena terdorong rasa lapar perut yang keroncongan. Suasana Kantin begitu ramai oleh mereka yang makan siang. Mahasiswa dan dosen berbaur menikmati hidangan mereka. Kantin Kampus ini sangat representative untuk kebutuhan mahasiswa dan para dosen di Kampus ini.

Hanya dalam sekejap, hidangan makan siangku habis. Terbayar sudah rasa lapar yang menyiksa.

"Hai Mas Hen!" Seseorang menyapaku. Di depanku berdiri seorang gadis tinggi semampai dengan hiasan senyum di bibirnya. Mikayla Angela.

"Hai Kayla!" Aku masih gugup menatap gadis itu.

"Boleh aku duduk menemani Mas?" Aku mengangguk sambil menarik kursi lalu menyilakan Kayla.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun