Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jin di Pesantren Pecandu Narkoba

7 Oktober 2020   16:43 Diperbarui: 7 Oktober 2020   16:43 429
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Foto Pixabay

Penuh khusyu aku bertasbih memuliakan Nama Allah. Sayup terdengar alunan suara wanita membacakan ayat suci Al Quran. Aku sangat tenteram mendengar lantunan tilawah Al-Quran yang dibaca wanita itu. 

Aku menatap ke arah ruangan bangunan tua di Barat itu. Rupanya dari sana alunan merdu dan syahdu alunan tilawah Al Quran itu. Aku tidak berani mendekat karena takut mengganggu kekhusyuannya. 

Besok malamnya, kembali aku mendengar alunan tilawah Al Quran itu dari ruangan bangunan tua di Barat Masjid itu. Aku juga melihat wanita yang sama yang membacakan Ayat-ayat Suci Allah itu. 

Usai menutup Kitab Sucinya, aku memberanikan diri menyapa wanita itu. Aku melihat wajah wanita itu bercahaya dalam balutan jilbab hitam. Sorot matanya teduh menenteramkan. Hidung bangir dan bibir ramah tampaknya murah senyum. 

Benar saja, ketika aku menyapanya dengan salam. Dia membalas salamku diringi senyumnya yang ramah.  

"Kamu Santriwati baru ya?"

"Bukan aku sudah lama di sini. Kamu siapa?" Wanita itu balik bertanya. 

"Aku Santri yang baru sebulan di sini. Panggil saja namaku Hen!"

"Aku Malayeka, panggil saja Mala!" 

Perkenalan singkat namun sangat mengesankan. Sungguh kehadiran Malayeka membuat semangatku untuk sembuh semakin tinggi. Semua program setiap hari aku ikuti dengan khusyu. Terutama yang paling menyasyikkan adalah bertemu Malayeka usai Subuh sambil mendengarkan suara indah bacaan tilawah AlQuran yang dialunkannya.

"Hen, bagaimana perasaan batinmu saat ini?" Tanya Malayeka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun