Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen| Harapan Tinggi Dosen Jomblo

21 Januari 2020   14:24 Diperbarui: 22 Oktober 2020   14:24 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto Global-news.co.id

"Silakan masuk Lis! Wah jangan panggil saya Prof, panggil saja Pak Alan!" Aku merasa keberatan disapa dengan panggilan Prof, ketika Listya menyapaku.

"Baik Pak Alan." Suara Listya merdu di telinga.

"Bagaimana kabarnya, Lis?" Sapaku sambil memperhatikan wajah dengan aura sejuk dan damai itu. Listya tersenyum menawan.

"Alhamdulillah baik Pak. Maaf saya tidak telepon dulu. Soalnya perbaikan skripsi hasil revisi ini sudah terlambat diserahkan, harusnya kemarin Pak." Kata Listya menjelaskan maksudnya menemuiku pagi-pagi.

"Oh tidak masalah, hanya terlambat satu hari. Bagaimana, ada kesulitan mengolah data hasil analisis HPLC?" Tanyaku.

"Alhamdulillah semua sudah saya selesaikan perhitungannya, hanya saya tidak tahu apakah itu sudah betul. Juga tentang pengolahan data statistiknya," jawab Listya.

"Baik Lis nanti saya periksa semua data itu, besok atau lusa bisa kamu ambil hasil koreksinya. Oke?" Kataku sambil meletakkan draft skripsi Listya setelah melihatnya sekilas tadi.

"Baik Pak, terima kasih. Kalau begitu saya mohon pamit dulu takut mengganggu. Bapak sepertinya sedang bekerja serius," kata Listya.

"Lho kok buru-buru? Listya tidak mengganggu kok."  Aku meyakinkan Listya agar tetap tinggal untuk mengobrol. Namun gadis itu tetap bergegas berpamitan lalu hilang dibalik pintu ruanganku.

Begitu cepat bidadari itu berlalu meninggalkanku. Entah apakah ini takdir? Tuhan mempertemukan aku dengan Daisy Listya. Untuk mengembalikan yang hilang dalam diriku. Kebahagiaan. Ya, hanya bertemu saja aku sudah begitu senang. Aku sudah benar-benar tidak ingat kapan terakhir kali merasa sebahagia ini hanya dengan bertemu seseorang. Merasa senang bisa menatap wajah seseorang. Merasakan detak jantungku berdetak kencang.

Suatu hal yang wajar jika Daisy Listya adalah mahasiswiku yang istimewa dibandingkan dengan mahasiswi-mahsiswiku yang lain. Selama lima belas tahun aku menjadi dosen di fakultas ini baru kali ini aku menemukan mahasiswi yang mampu membuatku terkagum-kagum seperti Daisy Listya. Tidak hanya mengagumkan secara fisik tapi juga akademik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun