Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Obsesi Dosen Jomblo

12 Januari 2020   15:02 Diperbarui: 16 September 2020   15:07 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Echinacea flower (Foto Anantapuspita.wordpress.com)

"Baik Pak!" Sahut Dony sambil mengangguk.

"Ok Dony! Titip anak-anak ya," kataku dan Dony sekali lagi mengangguk sambil tersenyum.

Momen pertama berbicara dengan Listya bagiku seperti awal dari kebahagiaan. Aku menunggu kesempatan berikutnya untuk bisa berbicara lagi dengan gadis itu dan semoga bisa mengobrol lebih lama.

Saat ini pada usiaku yang sudah hampir empat puluh tahun. Untuk pertama kalinya hati ini mulai terbuka lagi setelah hampir 15 tahun. Sudah selama itu aku kehilangan Diana Faria, gadis yang sangat kucintai, karena kecelakaan lalu lintas.

Setelah dirawat secara intensif selama beberapa hari, akhirnya Diana tidak sanggup bertahan. Diana Faria menghembuskan nafas terakhirnya persis seminggu sebelum hari pernikahan kami.

Sejak saat itu duka yang sangat mendalam menjadi bagian dari hari-hariku. Bertahun-tahun aku tenggelam dalam kedukaan karena kehilangan wanita yang paling aku cintai. Ujian yang sangat berat dalam hidupku walau aku juga menyadari bahwa Tuhan selalu memberikan pilihan keputusan takdir terbaikNya.

Sejak itu pula aku menjadi orang yang seakan menutup diri terhadap wanita. Diana Faria adalah cinta pertamaku. Dan kepergiannya seolah membawa pula cinta itu bersamanya. Aku mencoba mencari pelarian. Menenggelamkan diriku pada pekerjaan dan menumpahkan seluruh perhatianku pada karirku sebagai dosen.

Aku sempat mengambil pendidikan S2 dan S3 di Australia selama delapan tahun. Kegigihan dan kerja kerasku akhirnya berbuah. Pada saat berusia tiga puluh empat tahun, gelar S3 bisa kuraih. Dan itu memberiku predikat Doktor Farmasi paling muda di fakultas tempatku mengajar. Dalam waktu tidak sampai Lima tahun predikat profesor pun bisa kuraih sebelum usiaku mencapai empat puluh tahun.

Prestasi itu adalah hasil dari berjuang keras untuk berlari dari duka yang mendalam karena ditinggalkan orang yang sangat kucintai.

Saat ini kehadiran Daisy Listya seolah perlahan membuka lagi harapan yang dulu turut terkubur bersama kepergian Diana Faria yang tragis.  Adalah satu keajaiban jika saat ini Daisy Listya mampu mencairkan hatiku yang sudah 15 tahun membeku. Setiap bertemu Listya ada semangat dan gairah yang dulu aku rasakan ketika bersama Diana Faria.

Keinginanku untuk bisa mengobrol lebih lama dengan Listya akhirnya dapat terwujud. Saat itu Sabtu sore, di tengah-tengah gerimis Kota Surabaya, secara tidak sengaja aku melihat Listya tengah berdiri di halte bis depan kampus. Segera saja aku menepi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun