Mohon tunggu...
AKIHensa
AKIHensa Mohon Tunggu... Penulis - Pensiunan dan sejak 4 Mei 2012 menjadi Kompasianer

Kakek yang hobi menulis hanya sekedar mengisi hari-hari pensiun bersama cucu sambil melawan pikun.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Garuda Muda dan Filanesia Ketika Menang atas Singapura

30 November 2019   04:57 Diperbarui: 30 November 2019   05:00 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Selebrasi Osvaldo Haay (Foto PSSI.org) 

Pada ajang SEA Games 2019 di Manila, Filipina, Garuda Muda berhasil meraih kemenangan kedua. Tim polesan pelatih Indra Sjafri ini sukses menekuk perlawanan Singapura dengan 2 gol tanpa balas. 

Dua gol Indonesia pada laga melawan Singapura dicetak Osvaldo Haay pada menit ke-63 dan Asnawi Mangkualam pada menit ke-74. Laga tersebut adalah lanjutan babak penyisihan grup B di Stadion Rizal Memorium, Manila, Kamis (28/11).

Dalam laga ini berbeda dari penampilan Timnas Indonesia U-23 ketika berhadapan dengan Thailand, kali ini mereka mulai menerapkan permainan menyerang. Ini sejatinya adalah penerapan karakter Filanesia yaitu Filosofi sepakbola Indonesia.

Walaupun sempat mengalami kesulitan dalam mengembangkan permainan di babak pertama karena Singapura menerapkan pressing ketat terutama menjaga pergerakkan Evan Dimas dan Syahrian Abimanyu. Duet lini tengah Garuda Muda ini dibuatnya tergagap dalam mengatur serangan.

Pertarungan di sektor gelandang ini sangat ketat. Beberapa kali umpan-umpan terobosan Singapura berhasil diantisipasi Zulfiandi yang bertindak sebagai pivot di depan dua bek tengah, Bagas Adi dan Andi Setyo.

Hanya sesekali saja gelandang Singapura, Lionel Tan dan Hami Syahin melakukan tembakan langsung ke gawang Nadeo dari luar kotak penalty. Demikian pula duet striker mereka, Fahmi Haris dan Ikhsan Fandi tidak berdaya menghadapi kuartet bek Indonesia.

Indonesia bermain malam itu menunjukkan karakter sepak bola Filanesia yang selama ini diterapkan oleh Timnas terutama kelompok usia dini U-16, U-19 dan U-23. Bima Sakti, Fakhri Husaini dan Indra Jafri adalah pelatih-pelatih yang selalu mengadopsi Filanesia yang sudah menjadi kurikulum sepakbola bagi kalangan kelompok usia dini tersebut.

Kebuntuan dibabak pertama baru terpecahkan ketika beberapa pemain pengganti masuk seperti Evan Dimas yang sudah mulai kelelahan diganti Rachmat Irianto yang lebih segar.

Rafli juga harus keluar karena mengalami cedera diganti Osvaldo Haay. Masuknya dua pemain ini lebih menghidupkan serangan Garuda Muda. Apalagi kedua sayap Garuda Muda, Egy dan Saddil mulai menunjukkan kelas mereka sebagai pemain yang cepat.  

Lini belakang Singapura yang dijaga oleh Irfan Fandi dan kawan-kawan benar-benar harus kerja keras menghadapi serangan skuad Indra Sjafri baik dari sayap maupun dari tengah.

Beberapa kali juga pergerakkan Osvaldo Haay mulai mengancam gawang The Young Lions yang dijaga oleh Zharfan Rohaizad. Gol yang ditunggu akhirnya terjadi juga ketika Osvaldo memenangkan duel dengan Irfan Fandi di area gawang mereka lalu endangan kaki kirinya menembus gawang Singapura.  

"Laga melawan Singapura lebih menegangkan dibanding saat melawan Thailand. Alhamdulillah kami bisa menang, game plan kami akhirnya bisa berjalan dengan baik di babak kedua setelah evaluasi di kamar ganti," kata Indra Sjafri susai laga malam itu seperti dirilis PSSI.org (28/11/19).

Menurut Indra, dua gol yang tercipta merupakan skema permainan cepat yang memang terus dimatangkan dalam latihan tim. Malam itu Indra merasa senang karena para pemain tetap tampil tenang meskipun mengalami perlawanan ketat di babak pertama.

Pelatih Singapura, Fandi Ahmad menerima kekalahan ini sebagai hal sangat realistis dan ketangguhan Indonesia diakuinya. Menurut penilaiannya Indonesia bermain lebih disiplin daripada Singapura.

"Saya rasa Indonesia saat ini lebih disiplin. Mereka punya kecepatan luar biasa dan taktikal bagus, tidak seperti dulu. Mereka sudah saling bersama selama dua sampai tiga tahun. Saya rasa Indonesia bakal masuk final," kata Fandi usai laga seperti dilansir Sport.detik.com (28/11/19).

Filanesia memang harus kembali didalami oleh semua tim Nasional sepakbola Indonesia berbagai level dari Senior hingga Yunior. Filanesia ini adalah filosofi sepakbola khas Indonesia yang sudah memiliki kurikulum yang disesuaikan dengan kultur, fisik dan  karakter khas Indonesia.

Perjalanan Indonesia dalam ajang SEA Games ini masih panjang. Laga terdekat adalah lawan serius, Vietnam yang memiliki kekuatan setara dengan Thailand. Menghadapi skuad The Golden Star ini, strategi Garuda Muda harus kembali menggunakan pola seperti yang diterapkan ketika berhadapan dengan Thailand.

Indra Sjafri harus kembali meramu dan meracik starting eleven Garuda Muda saat berhadapan melawan Vietnam. Dia pasti tahu dengan cara apa bisa menundukkan Vietnam mengingat laga ini sangat menentukan bagi Indonesia untuk secepatnya lolos ke semifinal.

Selamat berjuang Garuda Muda. Bravo Merah Putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun