Mohon tunggu...
Henri Satria Anugrah
Henri Satria Anugrah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Konten Pengembangan Diri

Membacakan hasil tulisan di channel Youtube bernama Argentum (https://www.youtube.com/c/Argentum-ID/)

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

9 Dampak Pornografi yang Berbahaya Bagi Kesehatan Mental!

10 Oktober 2019   20:00 Diperbarui: 10 Oktober 2019   20:20 713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dampak pornografi, sumber: pexels.com

Seiring dengan kemajuan teknologi sebagai akibat dari perkembangan zaman, konten pornografi pun semakin terbesar luas di internet. Aksesnya pun sangat mudah, sehingga memungkinkan semua orang dapat memperolehnya dengan gadget-nya. Bukan hanya para orang tua yang harus waspada terhadap pornografi untuk melindungi anak-anaknya, tetapi semua orang juga harus waspada untuk tidak mengaksesnya karena pornografi memiliki dampak yang sangat fatal bagi mental manusia.

Pada 2010, diketahui bahwa 37% dari seluruh website yang ada di internet ialah pornografi (Musofa, 2013). Sekitar 42,7% pengguna internet mengakses pornografi dan 25% konten yang dicari oleh pengguna internet menggunakan search engine (mesin pencari, misalnya Google, Bing, Yahoo Search, dsb) ialah pornografi (Ropelato & Revenue, 2009). Hal ini membuat Keminfo harus bersusah payah memblokir 767.888 website pada 2016 (Prihadi, 2016).

Menurut Allen dkk (2017), pornografi adalah segala bentuk konten seksual (teks, audio, video; chat seks, phone seks, film biru, dsb) yang dipaparkan secara eksplisit, yang membangkitkan pikiran, perasaan, dan perilaku yang erotis. Diperkirakan bahwa dalam setahun, 61% pria dan 36% wanita pernah mengakses pornografi (Price dkk, 2016). 

"Dosa" merupakan kata yang menjadi musuh bebuyutan dari pornografi. Selain karena pornografi dilarang oleh agama, budaya Indonesia juga menganggap pornografi sebagai hal yang buruk. Berbeda dengan di budaya luar negeri --khususnya budaya Barat-- yang menganggap pornografi bukanlah suatu "masalah", sehingga tidak cukup kuat untuk melabeli pengonsumsinya sebagai orang yang buruk.

Terlepas dari sudut pandang agama dan budaya, secara psikologis, pornografi merupakan hal yang buruk bagi kesehatan mental. Seseorang yang sering mengonsumsi pornografi akan banyak mengalami perubahan persepsi mengenai seks, sehingga dapat menyebabkan berbagai macam gangguan mental. Oleh karena itu, hubungan dengan pasangan pun dapat terganggu. Berikut adalah dampak-dampak psikologis dari mengonsumsi pornografi:

1. Minder terhadap Bentuk Tubuh Diri Sendiri

Seseorang yang sering menonton film porno akan merasa tidak percaya diri terhadap tubuhnya sendiri . Hal ini terjadi karena penonton film porno kerap kali membandingkan bentuk tubuhnya dengan "bentuk tubuh ideal" pada film porno (Albright, 2008). Oleh karena itu, pada 2007 banyak terjadi peningkatan operasi "mempercantik diri" pada wanita seperti operasi plastik, pembesaran payudara, pengencangan vagina, dan pembentukan selaput dara. Sebelum melakukan operasi, tidak jarang wanita membawa foto artis porno untuk dijadikan model bentuk tubuhnya (Albright, 2007). Selain itu, pada saat ini pun telah banyak toko online yang memperdagangkan obat ataupun alat pembesar penis.

2. Kritis terhadap Bentuk Tubuh Pasangan

Seseorang yang sering menonton film porno akan menjadi kritis terhadap bentuk tubuh pasangannya. Hal ini terjadi karena penonton film porno kerap kali membandingkan bentuk tubuh pasangannya dengan artis porno yang telah ditontonnya. Penonton film porno mempersepsikan bahwa bentuk tubuh film porno merupakan "bentuk tubuh ideal", sehingga cenderung kritis dan kurang puas terhadap bentuk tubuh pasangannya (Albright, 2008).

3. Memiliki Keinginan untuk Meniru Adegan Film Porno ketika Melakukan Seks

Seseorang yang sering menonton film porno akan memiliki keinginan untuk meniru adegan yang ada pada film tersebut. Ketika melakukan seks, mereka merasakan tekanan untuk meniru "seks yang ideal" seperti yang terjadi pada film porno (Albright, 2008). Padahal seks "hebat" seperti pada film porno merupakan hal yang mustahil untuk dilakukan. Untuk melakukan seks seperti film porno, diperlukan obat-obatan tertentu yang sangat merusak tubuh agar stamina seks tetap terjaga (Fajar, 2017). Mereka melakukan hal itu secara "terpaksa" karena tuntutan profesinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun