Mohon tunggu...
Henri Satria Anugrah
Henri Satria Anugrah Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis Konten Pengembangan Diri

Membacakan hasil tulisan di channel Youtube bernama Argentum (https://www.youtube.com/c/Argentum-ID/)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dunia Berkembang karena Ahli Bisa Dibantah: Belajar dari Ilmu Filsafat, Psikologi, dan Kedokteran

3 Oktober 2019   12:14 Diperbarui: 3 Oktober 2019   15:41 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pixabay.com

Murid Adler yang dimaksud bernama Abraham Maslow, yang sangat populer dengan Teori Hierarki Kebutuhan Maslow. Tidak hanya dalam psikologi, teori ini juga sangat sering digunakan dalam bidang ilmu lain (di artikel lain yang berjudul Mengapa Manusia Selingkuh? Sebuah Penjelasan Psikologis, penulis menggunakan teori ini untuk menjelaskan fenomena selingkuh dalam hubungan romantis). 

Maslow mencetuskan Teori Hierarki Kebutuhan Maslow berdasarkan kritik dari teori Adler yang arahnya (menuju superioritas) tidak terstruktur dan tidak sistematis. Dengan bentuk segitiga hierarki, Teori Hierarki Kebutuhan Maslow mampu menjelaskan bagaimana manusia mencapai "superioritas" secara bertahap. Pada puncak hierarki, istilah yang digunakan oleh Maslow bukanlah "superioritas", tetapi "aktualisasi-diri". 

Berbeda istilah, tetapi keduanya sama-sama mengarah pada "potensi maksimal dari seorang individu". Dengan teori ini, aliran baru dalam psikologi pun muncul dengan sebutan "humanistik". Dengan cepat, aliran humanistik mampu menyaingi aliran psikoanalisis dalam dunia penelitian psikologi.

Tidak berhenti sampai sana, pada 1998 Martin Seligman mencetuskan aliran baru dalam psikologi yang disebut Psikologi Positif. Teori ini dicetuskan berdasarkan kritik Seligman atas ketidakjelasan maksud dari aktualisasi-diri yang bahkan sulit dibuktikan secara empirik. Oleh karena itu, istilah-istilah seperti "kebahagiaan", "optimisme", "harapan", "kebersyukuran", dan hal-hal positif lainnya (sesuai namanya, yaitu Psikologi Positif) saat ini sedang populer dalam dunia psikologi.

Kisah perkembangan ilmu tidak harus terjadi pada masa yang berurutan dan berjarak singkat layaknya psikologi. Pada kenyataannya, ilmu bisa berkembang meskipun jarak antara zaman hingga hampir 1000 tahun. Cobalah tengok perkembangan ilmu kedokteran.

Pada  1027, Ibnu Sina atau Avicenna, mempublikasikan buku berjudul Al-Qonun At-Thib (The Canon of Medicine), yang menjadikannya dikenal sebagai Bapak Kedokteran Modern. Meskipun bukunya sudah ditulis sejak lama, karya Ibnu Sina baru dipelajari secara masif di Eropa pada abad ke-18. 

Bahkan, Al-Qonun At-Thib baru diterjemahkan ke bahasa Inggris pada 1973, lalu digunakan sebagai referensi untuk diteliti oleh peneliti-peneliti modern. Kata diteliti di sini perlu ditekankan karena berarti, peneliti-peneliti tidak menerima tulisan Ibnu Sina begitu saja, tetapi tetap dikritisi terlebih dahulu. Jika ditemukan ketidaksesuaian antara yang tertulis di buku dengan hasil penelitian empirik, tentu, pasti peneliti tidak akan segan untuk membantahnya. 

Pesan Moral

Berdasarkan paparan di atas, sekarang kita sangat paham bahwa peradaban manusia berkembang karena ahli-ahli terdahulu selalu dibantah oleh ahli-ahli zaman setelahnya. Dari sini, kita bisa belajar bahwa sekuat apapun pendapat seseorang, akan dapat terbantahkan oleh orang lain yang memiliki argumen yang lebih kuat. 

Jadi, jangan pernah berpikir berupa "pendapatku pasti benar karena aku telah menghabiskan waktuku untuk melakukan riset pencarian bukti". Sejarah membuktikan bahwa ahli-ahli saja yang menghabiskan hampir ,menghabis seluruh hidupnya untuk menekuni satu bidang ilmu, bisa dibantah oleh ahli setelahnya. Apalagi kita yang hanya orang bisa dan ilmunya masih sedikit?

Sehebat apapun dalam suatu bidang, sebaiknya kita selalu terbuka terhadap pendapat-pendapat lain. Kenyataannya, mungkin kita memang hebat. Akan tetapi, perkembangan ilmu pengetahuan (apapun bidang ilmunya) tidak akan pernah berhenti hingga kiamat datang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun