Sejak kejadian munculnya suara petir di mana-mana. Ki Purwa tidak lagi bisa merasa tenang. Ada yang menganjal di hatinya. Terakhir kali kejadian persis seperti ini dialaminya ketika akan menjadi murid baru di Padepokan Inggil Giri. Ki Purwa masih saja memikirkan tentang hal itu, hingga membuatnya enggan beranjak dari tempat duduk.
***
Pagi itu cuaca sangat cerah membuat binatang-binatang di sekitar kediaman Ki Kastara bermunculan, mereka berebut tempat-tempat yang terkena cahaya agar bisa berjemur dengan lebih nikmat.
Ki kebomas dan Dewandaru mulai berkemas, dua hari menginap sudah saatnya untuk kembali ke hutan larangan. Sebetulnya Ki Kastara begitu berat ditinggal, rasanya dua hari tidaklah cukup untuk melepas rindu bersama mereka. Ia masih membujuk Ki Kebomas kiranya berubah pikiran untuk tinggal lebih lama lagi.
"Besok-besok kan masih bisa, toh masih ada waktu. Lagian aku sudah lama tak bertemu Dewandaru, selayaknya sebagai paman, aku pun berhak bersamanya untuk waktu yang lebih lama." Ujar Ki Kastara merajuk.
Dewandaru tersenyum mendengar itu, ia pun tak bisa berbuat banyak. Ki Kebomas menggeleng-gelengkan kepala, "sudahlah! Rayuan apalagi yang akan kau keluarkan kali ini." Celetuknya.
"Aaah! Dasar tua bangka. Sok merebutkan hak asuh?!" Ujar Ki Kastara jengkel. "Hei-hei. Kuperingatkan sekali lagi! Jaga mulutmu tua renta?!" Balas Ki Kebomas seraya mengarahkan tongkat saktinya disertai kedua tangan Ki Kastara mengangkat ke atas dan menggeleng-geleng kepala. Dewandaru terkejut dan terkekeh-kekeh.
***
Tak lama kemudian, Ki Kebomas dan Dewandaru sudah di depan pintu rumah betul-betul akan pulang. Ki Kastara nampak begitu lemas, sungguh berat hatinya melepas mereka berdua.
Sesaat Ki Kebomas merangkul Ki Kastara, "jangan sedih seperti itu" seraya mengelus-elus pundaknya. "Bukankah kita akan bertemu lagi. Ini hanya soal waktu saja." Ujarnya lagi. Ki Kastara merasa perpisahan kali ini bukan perpisahan biasa.
Dewandaru merasakan hal yang sama. Pelukan Ki Kastara terasa begitu berbeda, lebih erat dan sangat erat. "Pa-Paman." Ujar Dewandaru lirih. "Dengar baik-baik setiap kakekmu berpesan. Kau satu-satunya harapan yang mampu mengembalikan itu semua." Kata Ki Kastara penuh percaya.