Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Misteri Pohon Besar dan Tompel Biru

6 Juni 2022   12:39 Diperbarui: 6 Juni 2022   13:09 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ki Kastara menengadah menatap Dewandaru memetik buah mangga dengan memanjat pohon disertai tangan memegang erat keranjang anyaman bambu. Sepertinya, ia sangat terampil. Betul-betul pemandangan yang aneh menurut Ki Kastara. Tentu saja, bagaimana mungkin anak muda sakti itu mau-maunya mengikuti jejak kakeknya. "Dasar tua bangka, sungguh tega memperlakukan cucunya seperti itu!" Katanya pelan dan kesal.

Ki Kebomas yang tak sengaja melintas di belakang Ki Kastara, terkaget mendengarnya. "Sekali lagi kau bilang tua bangka, tidak segan-segan kupukulkan keras-keras tongkat sakti ini ke pinggangmu supaya kau merasakan encok yang begitu hebat." Ujarnya sangat sebal.

Sesaat wajah Ki Kastara membeku, mulutnya merapat menahan tawa. Tak disangka Ki Kebomas mendengar apa yang barusan diucapkannya.

"Bagaimana! Hasil didikanku, hebat bukan." Kata Ki Kebomas bangga.
"Tunggu-tunggu. Coba kau lihat ini?" gumam Ki Kastara, seraya menggerakan jari telunjuknya mengarah tepat ke buah mangga yang akan dipetik tiba-tiba terjatuh.

Ki Kebomas yang tahu itu, hanya diam saja. Tiga buah mangga jatuh sia-sia. Dewandaru merasa tak melakukan kesalahan saat memetiknya. Ia terlihat menggaruk-garuk rambut dengan ekspresi keheranan. "Jika gagal empat kali. Aku turun." Gumam hatinya.

Kemudian, ia lakukan lagi. Dengan gerakan sangat pelan dan merangka, tangannya meraih buah mangga keempat kalinya. Diputarnya sedikit buah itu, lalu terputus dari tangkainya. Sesaat, bibirnya tersenyum.

"Hmmm." Gumam Ki Kastara seraya telunjuk tangan mengarah ke bawah.

"Eeeh. Laaah." Lagi-lagi terjatuh buah mangganya. Dewandaru muram, putus asa dan turun dari pohon. Ki Kebomas geleng-geleng kepala. "Coba kau perhatikan cucumu itu!" Ujar Ki Kastara.

"Mana mungkin dia tidak putus asa, sedang yang dilakukannya sudah sangat benar. Andai itu aku, mungkin sama seperti Dewandaru." Sahut Ki Kebomas menegaskan.

"Bukan! Bukan itu maksudku." Kata Ki Kastara. "Kau kurang begitu teliti." Katanya lagi.

Ki Kebomas keheranan dan gagal paham. Dewandaru masih mengumpulkan empat mangga yang terjatuh tadi. Sesaat, Empu Akatara mendatangi mereka berdua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun