Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cahaya Naga Emas

23 Mei 2022   12:20 Diperbarui: 23 Mei 2022   12:23 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Ki, ma-maafkan aku, aku ini keponakanmu. Bukankah kau sangat sayang padaku. Dan aku tahu cahaya keemasan itu." Putera Nara betul-betul memelas dan penuh sesal.

Hati Ki Purwa tiba-tiba luluh, "Banyak yang sudah kuajarkan mantra sakti kepadamu. Jika sedikit saja kau berpikir setidaknya mantra-mantra sakti itu bisa dipadukan dari satu mantra ke mantra yang lainnya, tentu akan membuatmu jauh lebih sakti," kata Ki Purwa dengan suara lirih.

Melihat Ki Purwa yang sudah mencair hatinya, Putera Nara sedikit memberanikan diri untuk bertanya tentang sesuatu, "Ki?"
"Hmmm," gumam Ki Purwa singkat sembari mengubur dalam-dalam rasa emosinya.
"Bukankah cahaya keemasan yang kulihat di pedang Raja Uragapati tadi itu seperti simbol naga?" tanyanya penasaran.

Dengan hanya sekali tarikan napas, Ki Purwa menuturkan "Ya. Benar sekali." Dengan penuh yakin ia melanjutkan "Cahaya keemasan itu kelak menjadi benteng pertahanan paling kuat yang pernah kau miliki."

Mendengar jawaban itu sejenak Putera Nara merasa sedikit lega. Tetapi, lagi-lagi ada yang mengganjal di hatinya.

"Ki, satu lagi?" tanya Putera Nara mendesak.
"Hmmm," gumamnya.
"Jika betul dugaanku ini, apakah bisa mantra uragapati yang hanya mengeluarkan cahaya keemasan itu disempurnakan menjadi bentuk cahaya naga emas? Jika iya, bukankah hal ini bisa membuat mantra tersebut jauh lebih sakti. Betul kah itu Ki?" Tanya Putera Nara dengan tatapan serius.

Ki Purwa tak bisa menyembunyikan wajahnya yang menyimpan beribu rahasia seraya memandangi keponakannya yang mendadak tahu kesempurnaan mantra. Mulutnya terlihat sangat berat berucap.

Siang itu cuaca cerah mulai memudar, udara dingin semakin cepat menggantikan udara hangat. Daun-daun pinus terlihat melambai-lambai. Dan Ki Purwa masih saja terdiam.

"Ki. Percayalah." ujarnya dengan sungguh-sungguh meyakinkan Ki Purwa, "Aku tahu semua tentangmu. Aku tak meragukan kehebatan kuali sakti milikmu. Bukankah airnya kau dapatkan dari kawah candradimuka dengan mengalahkan kesaktian para penjaga menggunakan cahaya naga emas dari mantra uragapati yang kau miliki?" Putera Nara semakin terus memberondong Ki Purwa dengan pertanyaan-pertanyaan yang menyulitkan hatinya.
"Kuali sakti tak mungkin berbohong kan Ki?" desaknya lirih.

Ki Purwa betul-betul tak menyangka keponakannya berpikir sejauh itu. Sesaat ia terpejam, cukup lama. Lagi-lagi bibirnya terkunci sangat rapat. Seperti apapun ia sembunyikan puncak kesempurnaan mantra uragapati yang sesungguhnya pastilah kelak akan muncul dengan sendirinya, itu yang ada di benaknya saat ini.

Tak berapa lama matanya terbuka dan memandangi wajah Putera Nara, seraya berkata "Jika memang ini sudah menjadi kehendakmu, kau harus siap melakukannya." Ujarnya lagi dengan suara sangat pelan "Diperlukan ketenangan hati dan jiwa untuk sanggup menguasainya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun