Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sandiwara

21 April 2022   15:51 Diperbarui: 21 April 2022   15:59 279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku sudah muak dengan tontonan tipi yang terpampang di sudut gedung itu, bagaimana tidak, mereka mendebatkan suatu masalah negeri yang toh ujung-ujungnya tak menawarkan penyelesaian yang mengarah pada titik terang.

Semua ribut dengan suaranya masing-masing, saling teriak interupsi. Belum selesai satu suara, satu lagi menyusul dengan sentakan gas diikuti kibaran bendera hitam putih kotak-kotak seperti di area Sirkuit Mandalika. Saling geber-menggeber suara knalpot brong, potong-memotong kecepatan di setiap tikungan, tak peduli lawan kelabakan dengan tarikan kampas rem, pokoknya mampu bertahan memimpin suara lalu naik podium dan trending topik di twitterland maka jadilah mereka bak pahlawan penyelamat umat manusia. Hebat nian, hmmm.

Ah, begitulah kelakuan mereka setiap minggunya.  Dan jika saja aku tak mengetahui kejadian itu, niscaya, aku dibuatnya terpukau, seolah mereka sedang memperjuangkan kaum-kaum sepertiku ini.

***
Aih, sore itu, aku begitu malas sekali. Bukan karena aku tak suka dengan tambahan jam lembur, tapi...
Ah, sudahlah, toh terus-menerus menggerutu tak ada guna.

Kali ini, baiknya aku mulai dari bagian dalam dan berakhir di area luar. Dengan begitu aku bisa santai sejenak sambil menyedu kopi di kedai Mak Irah dekat gedung ini. Area parkirnya memang tak seluas seperti di mal-mal anu yang begitu besar dan luas. Sebab itu hanya aku saja yang dipekerjakan untuk lembur hingga larut malam. Selain itu juga, aku salah satu pekerja kebersihan yang masih lajang, pulang larut malam pun tak ada yang menanti di kontrakan.

Sebenarnya, banyak juga dari teman-temanku yang menginginkan jam lemburan ini, lumayan lo hasilnya, sangat cukup untuk tambahan belanja kebutuhan atau pun sekedar jajan. Tapi sayangnya si big boss hanya memilihku saja khusus di hari tertentu ini. Dan aku tak tahu pastinya apa alasan kuat beliau memilihku.

Bila dilihat dari segi kinerja, apa yang kulakukan tentu kalah rajin dengan teman-temanku yang lain. Waktu ngopiku lebih banyak ketimbang jam lemburku. Prinsipku cuma satu, kalau mereka nggak cocok, ya silakan ganti saja, bereskan. Toh ini cuma lembur, bukan kerja pokok yang menuntut area parkir harus selalu bersih setiap satu jam.

Aku selalu membedakan mana kerja pokok mana kerja lembur tentu hal ini dari segi kerja kebersihan yang sedang kugeluti ya. Satu contoh, kerja pokok menuntutku untuk area selalu bersih setiap satu jam, dari jam 7 pagi hingga jam 4 sore, ketentuan ini nggak bisa ditawar. Sedangkan jam kerja lembur, bagiku hanya sebuah jam kerja tambahan. Namanya juga tambahan ya sudah jelas statusnya tergantung toh, bisa dibutuhkan saat di awal atau hanya di akhir, atau malahan dibutuhkan di awal dan di akhir.

Nah, prinsip ini yang selalu kupegang hingga 2 bulan berlalu, dan big boss santai saja tuh mengetahui kinerjaku saat lembur. Malahan pernah suatu hari big boss menemuiku di kedai kopi Mak Irah, kami ngobrol banyak ini itu, tentunya bukan seputar topik yang sedang diperbincangkan di acara yang dipandunya itu.

Bahkan ketika salah satu ajudannya mengabarkan dengan sebuah kode bahasa tubuh yang artinya acara akan dimulai lagi, sebelum pamit big boss masih sempat memberiku duit untuk ongkos ngopi dan rokok. Hal seperti ini sudah menjadi tradisinya.

Teman-temanku terkadang nggak habis pikir, mereka yang taat aturan, rajin, justru mendapat jatah lembur paling lama 2 minggu, setelah itu rolling dan gantian terus-menerus. Hanya saja tradisi rolling itu berhenti saat tiba giliranku. Aku satu-satunya orang yang paling lama bertahan lebih dari 2 minggu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun