Hilang dahaga kelima anak-anak ini. Hanya dengan seruput demi seruput air kalapa muda, sudah cukup untuk membasahi kerongkongan yang kering.
Paman Uwa uwa pun menyisakan 2 buah kelapa muda yang sudah di kupasnya. Siapa tau dari mereka masih ingin meminumnya.
Kenti hanya manggut-manggut menyaksikan dengan bibir tersenyum, namun terkadang mengerut dahinya, mendengar ocehan-ocehan sahabatnya ini yang terus tiada ada henti saling bersahutan.
"Rase, Dibal," sapa Kenti "Ayo ambil lagi kelapa mudanya. Kalian harus sering-sering minum. Agar tak dehidrasi. Apalagi suasana siang ini cukup panas" ujar Kenti menawarkan.
"Loh, tinggal 2 kelapa mudanya" kata Rase sambil menengok kearah 2 kelapa muda yang telah dikupas Paman Uwa uwa.
"Ambil saja Rase. Ayo, nanti Paman petik lagi dari pohon kelapa. Tuh liat" tangan Paman Uwa uwa menunjuk Pohon kelapa, "masih banyak kan" ujarnya.
Rase pun sontak melihat pohon kelapa yang ditunjukan Paman Uwa uwa. Dilihatnya, buah yang banyak mengantung. Kemudian menyapa Kuwuk.
"Eh, Kuwuk, liat tuh, buahnya masih banyak. Ambil yuk !" katanya dengan memberikan kode mata setengah naik turun.
"Okelah. Tapi kamu ya yang memanjat. Sedang aku yang ambil buahnya yang sudah jatuh dan membawanya ke pondok Paman Uwa uwa" ujar Kuwuk.
"Loh, nggak salah toh Wuk !" gumam Rase keheranan, " seharusnya kamu dong yang memanjat pohon kelapanya. Badanmu kan besar, lebih mudah menjatuhkan buah kelapa itu hanya dengan satu kali hentakan kaki".
"Aduuuh, gimana sih" ujar Kuwuk agak kesal, "Kan kamu yang punya niatan untuk memetik buah kelapa. Seharusnya kamu sudah ada ide, bagaimana menjatuhkan buah kelapa itu."