Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Geng Rimba Raya (12) Memanfaatkan Momen Rasa Lapar dan Takut

15 November 2021   07:41 Diperbarui: 15 November 2021   07:44 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Panglima Harimau terus dihantui perasaan tak menyangka bila kekalahannya kali ini betul-betul cepat dan telak. Andaikan saja dari awal dia tak menyepakati perundingan mungkin lain cerita.

Dilihatnya kearah belakang, satu pleton pasukannya dengan langkah tergontai-gontai. Satu pleton lagi mereka terlihat lesu, sudah 3 hari tak dapat asupan daging segar.

Ini membuatnya berpikir lebih jernih, sayang pikiran itu datang terlambat. Perundingan itu hanya akal-akalan Kancil, dan ini sudah terjadi. Dia dan seluruh pasukannya kini sungguh merasakan perut kosong tak ada isi, membuat mereka kehilangan tenaga untuk berperang.

***

"Aku tak mampu berpikir sejauh itu, bagaimana bisa strategi yang kau rencanakan hanya dengan waktu singkat mampu mengalahkan telak pasukan Harimau" tanya Musang Luwuk dengan penasaran.

Kancil kemudian menjawabnya, bahwa dia hanya memenangkan sebuah momen. Momen di mana kelemahan pasukan Harimau tak mampu berpikir jernih ketika mereka merasa lapar.

Momen rasa lapar inilah yang aku manfaatkan untuk membuat strategi. Dengan selalu terus-menerus mengingatkan kepada para pasukan, untuk bertahan dan jangan melakukan serangan. Gunakan formasi sayap Elang, kemudian tunggu reaksi pasukan Kancil membuat pusaran angin topan. Aku yakin, pasukan Harimau yang sudah lapar, akan merasa ketakutan dengan kejadian pusaran angin topan itu.

Dan ketika hal itu betul-betul terjadi, hatiku semakin mantab. Kulihat pusaran angin topan yang semakin dahsyat, ternyata membuat pasukan Harimau tercengang. Mereka terdiam kaku.

Dengan kondisi tercengang dan posisi terdiam kaku. Kuperintahkan dengan suara lirih kepada para pasukan. Untuk segera menyerang pasukan Harimau. Demi menambah semangat, aku bisikan pada telinga mereka, inilah panggung kalian.

Itupun terbukti, pasukan Harimau babak belur di peperangan kali ini. Dan mau tak mau Panglima Harimau harus segera menarik mundur seluruh pasukannya.

Musang Luwak tersenyum sambil manggut-manggut mendengar penjelasan itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun