Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Geng Rimba Raya (8) Kerinduan yang Mendalam

11 November 2021   09:46 Diperbarui: 11 November 2021   10:02 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pasukan harimau yang terbagi menjadi beberapa kelompok kecil saat sedang berpatroli wilayah, mereka terkaget. Sungguh tak mengira, bila Kancil dan pasukan gajah akan datang secepat ini.

Pasukan patroli hanya memandang dari kejauhan, mereka tak berani mendekat karena Kancil membawa puluhan pasukan Gajah. Kekuatan tak seimbang, bila nekad artinya mati konyol.

Dengan kejadian ini membuat mereka pasukan patroli untuk segera melapor kepada panglimanya.

***

Tepat sebelum memasuki gerbang pemukiman. Musang Luwak dan para pasukan berbaris rapi menyambut kedatangan Kancil dan jenderal Gajah beserta pasukannya.

Diikuti beberapa penghuni wilayah utara seperti ayam dan kelinci. Beberapa dari mereka membuat jamuan untuk kedatangan pasukan bala bantuan.

Tak terlihat lagi beberapa pasukan harimau yang sering berpatroli mengelilingi pemukiman. Mereka seperti hilang ditelan bumi tanpa jejak.

Tak lama, terdengar suara menderum yang terus menggema. Ditambah hentakan kaki pasukan gajah yang menggelegar.
BRUM... BRUM... BRUM...
Membuat bumi pemukiman bergetar. Para burung-burung mendekat menyambut kedatangan para pasukan ini.

Musang Luwak yang mulai melihat sesosok tubuh Kancil dan bala pasukan, seperti hendak meneteskan air mata. Tapi ia menahannya, agar tak terlihat cenyeng.

Langkahnya kian terdengar mendekat. Musang Luwuk tak mampu menahan gejolak hati. Tak sabar dia pun melangkah cepat, mendekati jenderal Gajah dipeluknya sangat lama. Jenderal Gajah tak mampu menahan kuasa langkah kaki kemudian terhenti mendadak. Dirasakannya pangkal belalai menempel seekor binatang mendekap lama.

Ujung belalainya mengelus-elus punggung Musang Luwak. Dua belah mata sahabat mulai berkaca-kaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun