Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sahabat Penjalinan (6): Pemberontakan Tawon

28 Oktober 2021   06:07 Diperbarui: 28 Oktober 2021   06:09 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Cak Soe, bambu yang dekat pompa air, keluar cairan." panggilku dengan nada nyaring. "Apa sih Sam, biarin aja toh" balasnya dengan santai. "Nih, bambu yang samping jendela kamarmu, sama. Keluar cairan juga" gumamku.

Aku tak mampu berbuat banyak dan hanya bisa melihat, hewan kecil-kecil itu seperti lalat, bahkan bentuk tubuhnya lebih kecil lagi dari lalat. Aku hanya menebak-nebak hewan kecil ini, mungkin saja sejenis tawon.

Cak Soe pun menghampiri, dengan langkah kaki sedikit lebih cepat. "Waow, dipanen cocok ini. Bisa Dapat 2 cangkir lumayan" katanya.
Setelah memandangi bambu itu. Cak Soe mulai beranjak kedapur.

Sambil membawa 2 sendok dan 2 cangkir kosong dari dapur, Cak Soe mulai dengan pelan-pelan mengambil bambu, yang lokasinya di dekat pompa air tangan. Bersebelahan dengan bambu yang satunya lagi. Yang tak jauh dari jendela kamar Cak Soe.

Setelah berhasil menurunkan bambu pertama, Cak Soe mulai melepas ikatan bambu itu. Dibukanya pelan-pelan. Ternyata, sudah penuh cairan berwarna kuning bening. "Ini madu klanceng Sam. Ayo, nyoba sini" katanya, sambil memberikan sendok baru kepadaku.

Kuambil madu itu dengan sendok, gerakan tanganku sangat pelan agar tak mengusik keberadaan tawon itu. Kemudian kurasakan "Heem, mantab Cak Soe." jawabku.

"Coba sekarang bambu tawon klanceng yang dekat jendala kamarku, sampean bawa kesini. Pelan-pelan saja ambilnya. Seperti aku tadi, biar nggak ngamuk tawonnya" pinta Cak Soe.

Aku pun mengiyakan pintanya. Kuambil pelan, bambu yang di dekat kamarnya. Dan beberapa tawon ada yang mulai melakukan pemberontakan. Aku merasakan bagian leherku seperti ada yang menggigit seperti semut. Belum lagi beberapa tawon ada yang menempel di bagian wajah.

Dengan duduk santai Cak Soe memberikan instruksi dan arahan dengan tangannya. Agar aku bisa lebih pelan lagi, gunakan perasaan katanya. Tawon klanceng lebih peka, jangan sekali-kali memukul yang menempel di beberapa bagian tubuh. Begitu cara tawon klanceng berkenalan dengan orang baru. Entah benar atau tidak, sepertinya meracau sahabatku yang satu ini.

Setelah sampai di dekatnya, aku mulai menurunkan bambu itu dengan pelan-pelan. Cak Soe memandangiku dengan senyum dan tawa lirih. Maklumlah, dia lebih kaya pengalaman soal seperti ini.

"Ayo, coba Sam buka pelan-pelan bambunya. Tirukan seperti yang kucontohkan tadi." gumam Cak Soe.

Dengan percaya diri aku pun membuka bambu itu dengan pelan-pelan mengudar talinya terlebih dahulu. Kemudian, kulihat mulai terjadi pemberontakan tahap dua. Beberapa tawon mulai memenuhi kedua tanganku. Terasa gigitan dari mereka. 

Sepertinya tanganku kurang lemah lembut memperlakukan bambu yang menjadi tempat sarang tawon-tawon klanceng.

Cak Soe memberikan instruksi, "Sabar Sam, Sabar. Tahan dulu, tenang, tenang".
Kudengarkan kata-kata itu, aku masih tegang dengan kedua tangan masih memegang bambu. Kucoba mulai membuka bambu yang sudah dirancang terbelah menjadi dua. Dengan betul-betul lemah lembut. 

Kemudian, disaat bersamaan terbukanya bambu itu tiba-tiba terjadi pemberontakan tahap tiga, yang lebih sadis, pasukan tawon menyerangku secara sporadis. Spontan kuposisikan kedua tangan mematung dan kupejamkan mata. Masih dengan posisi duduk. Kurasakan dengan cepat kedua tangan Cak Soe menutup telingaku. Kudengar samar-samar suaranya, "Tahan Sam, tahan. Sabar, tenang. Sebentar lagi tawonnya pergi"

Aku pun masih dalam keadaan duduk mematung. Berlahan rasa gigitan tawon klanceng yang kurasakan ditangan, leher, dan wajah mulai berkurang. Dan Cak Soe, mulai berlahan melepas tangannya dari telingaku.

Mulai kuberanikan membuka mata, dan menggerakan jari-jari kedua tanganku. Lalu kulihat wajah sahabatku ini. Penuh tawa ceria, dan aku menyapa, "Kamu ngerjain aku ta Cak?".

Dia makin terbahak-bahak, menggumam "Sudah. Sudah aman. Dah nikmatin saja jerih payahmu itu", masih dengan tawanya terbahak-bahak.

Dengan wajah sewot berbalut suka cita, langsung kunikamti saja beberapa sendok madu klanceng yang ada di bambu itu.

Tak lama kemudian, kami pun memindahkan sebagian madu klanceng kecangkir yang sudah Cak Soe siapkan menggunakan sendok. Sesuai perhitungan, madu klanceng yang mampu kami pindahkan sebanyak 2 cangkir. 

Dan Cak Soe mengembalikan bambu-bambu tawon klanceng itu ketempat semula. Harapannya, semoga tawon klanceng itu masih tetap memproduksi madu lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun