Mohon tunggu...
Henri Koreyanto
Henri Koreyanto Mohon Tunggu... Buruh - Kuli

Kadet Ngopa-ngopi

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sahabat Penjalinan (1): Makadam

23 Oktober 2021   06:01 Diperbarui: 23 Oktober 2021   18:18 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sahabat Penjalinan (1): Makadam

"Mau, kerja seperti ini?", gumam lelaki berkacamata murah senyum itu. Sambil memegang plastik mika untuk dicetak melengkung. Hampir 10 biji mika lengkung yang dihasilkan setelah satu jam bersama. Semakin banyak yang dihasilkan, semakin banyak juga cuan yang didapat.

Lelaki murah senyum itu bernama Yitno, aku memanggilnya Cak Soe. Karena di dusunnya dia lebih populer dengan panggilan Cak Soe. Untuk menjaga marwah wibawanya, aku pun memanggilnya "Cak".

Bila ditilik dari data administratif KTP. Sebenarnya aku lebih pantas dipanggil Cak. Jelas, aku lebih tua. Lahir di bulan februari, Sedangkan dia bulan juli, di tahun yang sama. Tapi ya sudah, hanya sebuah panggilan saja. Tak ada masalah bagiku, toh kami berteman akrab sa'lawas'e.

Cetakan mika yang Cak Soe kerjakan masih tergolong tradisional. Namun, hanya dengan bermodal cekatan dan kelihaian tangannya, hasil lengkungan tak kalah bagus dengan seperti mika lengkung helm-helm ternama.

Maklumlah, temanku ini bukan pekerja pabrikan. Dia ikut juragan yang memberdayakan tenaga muda untuk berkarya. Kategori home industri.

Aku mengenal Cak Soe, saat masih bekerja di sebuah optik kacamata. Karena alasan tertentu kami berdua resign. Dan Cak Soe kembali menekuni bidang pembuatan mika helm yang sudah lama digelutinya.

Sedangkan aku sendiri, memutuskan untuk pergi ke kota Gresik untuk bertaruh nasib.

Singkat cerita, sekian lama tak jumpa. Aku pun menghubungi Cak Soe, mengajaknya untuk membantu usaha sahabatku di bidang percetakan. Namun itu hanya bertahan 1 tahun, Cak Soe mendadak harus kembali ke kampung halaman, karena urusan keluarga yang tak bisa ditunda. Dan berpamit untuk mengucapkan salam perpisahan.

Sebenarnya, tak ada yang istimewa dari sahabatku yang satu ini. Hanya saja, aku angkat topi padanya, karena memiliki suatu pemikiran yang ringan dalam menjalani kerasnya kehidupan.

Kalau menilik dari segi pendidikan, rasanya tak elok aku membandingkan dengan Aries si Paijo itu. Tapi untuk soal pemikiran, sebelas dua belas. Bila kuhikmahi diantara keduanya, bisa kutarik benang merah. Aries filsafatnya, Cak Soe hasilnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun