"Kemarin, aku belanja di supermarket X. Ada cowok ngajak aku ngobrol. Dia penasaran, apakah aku berasal dari negara yang sama dengannya." Rose (nama samaran), rekan kerja yang satu tim dengan saya tiba-tiba memecah kesunyian ruangan kami.Â
Tawa kami memenuhi ruangan ketika mereka mendengar candaan saya menggoda Rose.
"Um wie viel Uhr warst du denn beim Einkaufen?" kata Liv (nama samaran), menanyakan jam berapa Rose berbelanja.
Saya dan Rose penasaran dengan pertanyaan itu. Menurut Liv, di supermarket X sekitar jam 7 malam sering dikunjungi para single untuk berbelanja. Supermarket X ini memang tidak menerapkan waktu khusus untuk para single. Akan tetapi, sebagian single yang umumnya pekerja biasa berbelanja sepulang kerja.Â
Rose yang ramah dan menarik, dengan wajah eksotik khas Asia Tenggara tentu banyak mengundang pandangan pria. Menurut cerita Rose, dia dan pria itu berbincang seputar hal yang umum saja. Selain itu dia juga mengatakan bahwa dia sudah menikah.
Rekan satu tim saya kebetulan sudah menikah semua dan tidak berencana mencari pasangan. Lucu dan menarik, saat dia berada dalam situasi itu, begitu menurut Rose.Â
Sama seperti Rose, saya baru mengetahui kalau di supermarket X ada waktu "khusus belanja" seperti ini. Padahal saya sering berbelanja ke supermarket X. Hanya saja, saya tidak suka berbelanja pada malam hari.Â
Tren mencari jodoh di supermarket
Pasar atau supermarket memang menjadi satu tempat yang menyenangkan untuk bertemu dengan banyak orang. Di Jerman, kita sering seorang pria pergi berbelanja sendiri, menenteng keranjang belanjaan.Â
Supermarket memiliki caranya sendiri untuk menarik para single berbelanja sambil menemukan jodoh. Supermarket X yang dikunjungi Rose tidak menerapkan tanda khusus. Bisa jadi, sekitar pukul 7 hingga 8 malam sering dijadikan waktu belanja para single.Â