Beberapa tahun lalu ada tetangga baru, mereka tinggal di lantai dasar bangunan tiga lantai di sebelah kiri rumah kami. Sebut saja Familie Klein (baca: Klain), memiliki dua anak kecil dan seekor anjing.Â
Rumah tiga lantai ini terdiri dari beberapa apartemen. Penghuninya sering berganti-ganti. Kebanyakan pasangan muda, yang akan pindah setelah memiliki rumah sendiri.Â
Saat mereka pindahan saya memperkenalkan diri sebagai tetangga sebelah rumah mereka. Bu Klein menanggapi biasa saja, seperti acuh tak acuh. Belakangan saya tahu, memang begitu pembawaannya.
Frau Klein (bu Klein) begitu memang saya menyapanya, usianya lebih muda dari saya. Di Jerman, menyapa orang dewasa yang baru kita kenal, atau tidak memiliki hubungan dekat harus dengan panggilan Frau/Herr (Ibu/Bapak).Â
Ini adalah sebutan yang dianggap sopan. Kecuali mereka meminta untuk dipanggil dengan nama saja. Usia dewasa di sini mulai 18 tahun. Mahasiswa juga biasa disapa dosennya dengan sebutan ibu/bapak.
Hubungan bertetangga di sekitar tempat tinggal saya bisa dikatakan relatif harmonis. Ada yang sangat dekat seperti keluarga, tetapi ada yang biasa saja.
Meskipun hubungan sangat dekat, jika ingin bertamu biasanya kami selalu saling membuat janji. Namun, bukan berarti tidak ada kunjungan tiba-tiba, misalnya ngopi. Ini biasanya antartetangga yang cukup erat.
Musim panas beberapa tahun lalu. Siang itu saya sedang memilah cucian di Keller (ruang bawah tanah).
Anak saya datang tergesa-gesa. Â "Ma, Papa jatuh di halaman belakang," ucapnya cemas.
Saya segera berlari keluar. Suami saya setengah duduk dan berbaring di halaman. Dia jatuh dari atap pondok kecil tempat penyimpanan barang-barang untuk garden.
Segera saya suruh anak saya berlari memanggil tetangga sebelah kanan. Saya menopang badan suami dan berusaha membuatnya tetap terjaga. Dia bilang sangat mengantuk.