Salah satu kekayaan fauna di Sumatera Utara yang dikenal dunia, dan terancam punah adalah Orangutan. Siapa yang tidak mengenal hewan cerdik ini.
Sebagai warga asli Medan, saya rasanya bangga jika ada warga negara asing yang mengenal orangutan. Namun, sayangnya masih banyak kisah sedih yang sering kita dengar tentang hewan istimewa yang dimiliki bumi pertiwi ini.Â
Akhir minggu kemarin adik bungsu saya yang tinggal di Swiss berbagi cerita di grup saudara kandung kami. Dia baru saja membeli buku cerita untuk putrinya yang belum lama ini berulang tahun. Sebetulnya tidak ada yang luar biasa dari membeli buku anak. Akan tetapi, buku yang satu ini terlihat berbeda.Â
Judulnya saja sudah menarik hati "Ginting und Ganteng" (Ginting dan Ganteng). Buku cerita anak yang ditulis dalam bahasa Jerman ini berkisah tentang si kembar orangutan, karangan Regina Frey*, seorang wanita warga negara Swiss.
Ginting und Ganteng
Kisah si kembar yang malang, Ginting dan Ganteng, anak dari seorang ibu orangutan bernama Merah. Mereka bertiga hidup bersama orangutan lainnya di penampungan dan pusat rehabilitasi orangutan di Sumatera. Di sini sepasang anak orangutan kembar ini dilahirkan.Â
Ginting dan Ganteng terlihat bermain dengan orangutan lainnya, berayun-ayun, dan memanjat, mereka juga mencuri pisang.
Setiap malam, Merah dan kedua anaknya mendapatkan dahan-dahan segar yang diletakkan oleh penjaga di kandang mereka. Merah membuat sarang, sementara Ginting dan Ganteng memperhatikan dengan seksama, dan berusaha meniru untuk membuat sarang mereka sendiri.
Sebelumnya, Merah hidup tenang di hutan bersama dengan hewan lainnya. Tetapi suatu hari datang manusia memasuki hutan dan mengusik kehidupan makhluk di sana. Mereka datang membawa mesin pengeruk dan truk.