Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bawang Putih, Si Penangkal Sihir yang Digemari dan Dihindari

10 November 2020   05:12 Diperbarui: 28 April 2021   17:37 3892
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bawang putih (Foto: congerdesign/pixabay.com)

Knoblauch, begitu sebutannya dalam bahasa Jerman, memang sangat jarang terdapat dalam campuran makanan mereka. Namun, beberapa tahun belakangan ini mulai berubah, semakin banyak masyarakat Jerman yang mulai menyukai masakan dengan kandungan bawang putih. Paling tidak begitu yang saya lihat, dibandingkan 18 tahun lalu, saat saya pertama tinggal di negara ini.

Beruntungnya saya, karena suami saya adalah penggemar bawang putih. Mungkin dia sudah terbiasa menyantap masakan dari berbagai budaya dari hampir semua benua yang pernah dikunjunginya. Sehingga untuk menyajikan masakan nusantara pun tidak menjadi masalah di rumah kami.

Bawang putih mulai dikenal luas dalam makanan masyarakat Jerman karena pengaruh yang dibawa oleh para pekerja asing (Gastarbeiter) dari Italia, Yugoslavia dan Yunani pada tahun 1960-an. Saat ini rata-rata orang Jerman mengonsumsi bawang putih sekitar 250 gram setahun. Setengah porsi dibandingkan negara tetangganya, Perancis.

Pada tahun-tahun pertama saya tinggal di negeri ini, saya agak hati-hati jika akan pergi berkumpul dengan teman-teman dari negara lain dan jika berada dalam kelas bahasa, terutama jika ada jadwal ke dokter gigi.

Saya mengambil jalan aman, memasak makanan Indonesia tanpa bawang putih. Ternyata, menurut selera lidah saya, rasanya tidak berubah banyak. Bahkan ada teman Indonesia yang tidak tahu bahwa saya sering memasak tanpa bawang putih.

Dari informasi yang saya baca, jika kita menyantap makanan yang mengandung bawang putih, maka aroma yang keluar dari badan kita akan menempel paling tidak selama tiga hari lamanya. Tetapi jika kita menyantap bawang putih setiap hari, tentu baunya tidak akan hilang.

Apabila kita tidak makan bawang putih, maka kita bisa merasakan aroma bawang putih yang keluar dari keringat dan mulut orang lain. Awalnya, terpikir pun tidak, hingga saya tinggal di negara yang masyarakatnya jarang menyantap bawang putih.

Kebiasaan memasak makanan tanpa bawang putih ini berlanjut hingga kami menetap di negeri Cina. Akan tetapi, cara ini justru membuat saya tidak nyaman jika berada di tengah keramaian. Akhirnya, selama di Tiongkok saya kembali memasak dengan menggunakan bawang putih.

Selama masa pandemi Covid 19 ini karena menghindari berkumpul dan tidak mengunjungi dokter, jika tidak terpaksa, masakan beraroma bawang putih kembali tersaji setiap hari.

Dari waktu ke waktu masyarakat Jerman juga menjadi semakin beragam, begitu juga jenis makanannya. Sepertinya, warga negeri ini juga sudah mulai terbiasa dengan aroma tubuh orang yang memakan bawang putih.

Begitupun, saya tetap menjaga untuk tidak menyantap masakan dengan bawang putih jika ada jadwal ke dokter, terutama dokter gigi. Paling tidak dua hari sebelumnya saya hindari makan bawang putih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun