Mohon tunggu...
Hennie Triana Oberst
Hennie Triana Oberst Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling dan budaya

Kompasianer Jerman || Best in Citizen Journalism Kompasiana Awards 2023

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Betulkah Pria Tidak Suka Pergi Belanja?

13 Mei 2020   08:14 Diperbarui: 13 Mei 2020   08:24 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Peter Fazekas from Pexels

Dari cerita teman dan tulisan yang saya baca, katanya kaum pria itu tidak suka berbelanja, baik ke pusat perbelanjaan seperti mall maupun ke pasar. Mereka lebih memilih mengantar, kemudian pulang atau menunggu entah di mana, kemudian menjemput setelah pasangannya selesai belanja.

Saking perlunya wadah untuk menyenangkan hati suami yang mengantarkan istri berbelanja, hingga perlu dibuat "tempat penitipan suami", seperti yang saya temui di salah satu shopping mall yang ada di kota Shanghai.

Tempat yang diberi nama "Husband Nursery" ini saya temukan secara tidak sengaja ketika mengantarkan anak menghadiri perayaan ulang tahun temannya. Saat berada di dalam lift ada nama tempat ini tertera di dinding bagian dalam lift.

Tempat yang dibuka tahun 2016 ini menyediakan ruangan yang nyaman untuk pria yang sedang mengantar pasangannya. Mungkin kota lain sudah mulai banyak yang mengikuti tren ini, bahkan mungkin sudah tersedia juga di Indonesia.

Dulu Ayah saya sering pergi berbelanja, membeli kebutuhan bulanan biasanya beliau yang melakukan. Sedangkan ke pasar tradisional biasanya dilakukan Ibu, dan kami anak perempuan mereka.

Setelah kami, anak-anak perempuannya remaja, Ayah kami selalu mengajak kami belanja bergantian. Kalau tidak gantian bisa dikira membawa orang sekampung. Kami 7 bersaudara (1 anak laki-laki, sebagai anak pertama dan seterusnya 6 anak perempuan).

Sering juga beliau mengajak salah satu atau dua dari kami untuk menemaninya belanja membeli kado untuk Ibu. Bukan berarti beliau tidak bisa memilihkan satu barang, tetapi hanya ingin tahu bagaimana pendapat kami sebagai perempuan atau tren yang sedang ada saat itu.

Bagaimana dengan kakak laki-laki satu-satunya di rumah kami? Sepertinya dia kurang suka berlama-lama belanja. Ini hanya kesimpulan saya saja, sewaktu mereka sekeluarga mengunjungi kami di Jerman. Saat menemani mereka berbelanja kelihatannya kakak saya itu selalu ingin cepat-cepat keluar dari satu toko yang kami masuki.

Saya beruntung, begitu teman-teman saya mengatakan. Suami saya salah satu laki-laki yang gemar belanja. Dia juga betah menunggu bahkan membantu memilihkan barang yang saya cari. Sebelum punya anak, kami sering sekali pergi window shopping. Awalnya saya yang tidak biasa jalan seharian merasa capek sekali mengitari tempat belanja di Jerman.

Pusat perbelanjaan di Jerman dan banyak negara Eropa lainnya umumnya adalah zona pejalan kaki yang berbentuk seperti satu kota kecil. Memasuki satu toko ke toko lainnya seperti kita keluar masuk satu pintu rumah ke pintu rumah lainnya. Betul-betul seperti mengitari satu kota. Kegiatan yang lama kelamaan menjadi biasa bagi saya. 

Kegiatan belanja bareng ini semakin berkurang setelah kami punya anak. Awalnya karena kasihan membawa anak lama-lama di sekitaran pusat perbelanjaan, tapi setelah itu ada masanya anak kami yang merasa bosan dibawa belanja. Tapi sekarang putri kami ini mengikuti jejak orangtuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun