Jujur saja, saya bukan orang yang telaten mengurus binatang. Semasa masih tinggal dengan orang tua dulu kami memiliki seekor kucing. Itu juga secara tidak sengaja, kucing liar yang betah berada di rumah kami.Â
Seorang adik saya memberinya nama Albert. Seekor kucing yang patuh, tidak pernah mau naik ke meja maupun kursi. Tidak pernah sekalipun mencuri makanan. Saya menyayangi kucing sebatas itu saja, karena dia menjadi anggota keluarga juga.
Di Jerman pun begitu juga, saya tidak pernah punya keinginan mengadopsi binatang rumahan. Hampir semua warga Jerman memiliki hewan peliharaan, disayang seperti anak mereka.Â
Untuk hal ini boleh saya acungi jempol, bagaimana hewan-hewan di sini diperlakukan sangat baik. Binatang peliharaan yang paling banyak dimiliki di Jerman adalah kucing dan yang kedua adalah anjing.
Suami saya adalah pencinta anjing, dulu ia memiliki anjing, tetapi karena sering tugas ke luar negeri maka tidak memungkinkan lagi memilikinya.
Orang di Jerman mengatakan bahwa tingkah laku seekor kucing itu mirip dengan tingkah laku perempuan. Bersikap sesuai mood, bisa berubah-ubah tanpa ada alasan. Benar atau tidaknya, biar ahli perkucingan yang menjawab.
Sekarang kami memiliki seekor kucing bernama Sissy. Sejak usia sekitar 6 minggu ia kami pelihara, pemberian tetangga. Sebetulnya hanya untuk menjaganya beberapa hari saja, menunggu pemiliknya yang kehilangan. Tetapi tidak ada satu keluarga pun yang menjawab pengumuman yang dipasang mengenai kucing kecil yang hilang ini.
Maka Sissy resmi menjadi anggota keluarga kami. Ia pun mendapat tanda pengenal dan pemeriksaan dari dokter hewan. Sissy adalah seekor kucing persia yang sangat cantik.Â
Cepat belajar menggunakan toiletnya. Ia juga kami latih untuk tidak naik ke sofa, meja dan tempat tidur. Mencegah bulunya yang banyak nempel di mana-mana.Â
