Beberapa hari ini viral sebuah video tentang seorang pria yang bermaksud memberi kejutan kepada ayahnya dengan datang diam-diam, tetapi setiba di tujuan yang didapatinya justru adalah jenazah sang ayah.
Kritik untuk Media Arus Utama
Sebelumnya, saya perlu memberi sedikit catatan, yang bolehlah disebut kritik kecil, terkait pemberitaan video viral ini yang dipublikasikan oleh media daring Tribunnews dan Liputan6.
Keterangan yang mereka berikan hanyalah bahwa pria tersebut adalah seorang "Filipina"dan tampaknya itu disimpulkan dari bahasa yang digunakan di video itu. Hal lain, Tribunnews menyebutkan bahwa video itu dibagikan oleh akun Facebook bernama "I'm Okay". Hanya itu.
Sangat disayangkan sebenarnya untuk ukuran media arus utama yang seharusnya sedikit banyaknya memberikan informasi akurat untuk memastikan itu bukan hoaks atau prank.
Sepertinya mereka tidak mengecek sumber asli video tersebut. Tidak ada keterangan di mana kejadian itu terjadi dan kapan itu terjadi.
Terkesan seolah apa yang ditayangkan di video tersebut baru saja terjadi sehingga dijadikan "hot video" oleh Liputan6. Padahal, video itu adalah video lima bulan yang lalu dan sudah viral di Filipina ketika itu (Juni 2019).
Video itu aslinya berjudul  Suprising Dad on Father's Day (Saddest Day of My Life). Rupanya, kata "Father's Day" itulah yang membuat video ini disangka adalah video baru atau belum lama dengan patokan bahwa Hari Ayah itu jatuh pada tanggal 12 November.
Padahal, 12 November itu adalah Hari Ayah untuk Indonesia. Sementara di Chile, Hari Ayah itu dirayakan pada setiap Hari Minggu ke-3 di bulan Juni.
Apa yang viral di media sosial harusnya lebih jelas di media arus utama, bukannya justru media arus utama sama kaburnya dengan media sosial.
Media sosial tujuannya cenderung demi viewers, like, dan subscribers. Jangan karena sesuatu itu viral di medsos, maka itu diangkat pula oleh media arus utama daring dengan harapan juga akan mendatangkan viewer yang "viral" tanpa data tambahan apa pun.
Saya melihat video viral itu di media sosial. Seperti biasa, apa yang viral di medsos saya cari kepastiannya di media arus utama. Begitulah cara saya memastikan apakah berita itu hoaks atau tidak dan bukan prank ala milenial yang makin hari makin tak jelas.
Namun sayangnya, tidak ada hal baru pada pemberitaan mereka tentang video itu. Kalau sudah begitu, biasanya saya mencari tahu sendiri guna mendapatkan informasi yang lebih dari sekadar yang ada.
Kiranya catatan ini menjadi perbaikan ke depan bagi media-media arus utama.
Kisah Video Viral Keith
Dalam rangka Hari Ayah di Chile, seorang vloger dengan nama akun Youtube Keith Talens hendak memberi kejutan kepada ayahnya. Karena bermaksud itu adalah kejutan, maka Keith tidak memberitahukan kedatangan dia dan keluarga kecilnya.
Mereka tiba sebelum hari H, sebab video tersebut ditayangkan oleh Keith pada tanggal 15 Juni 2019, yakni satu hari sebelum Minggu ke-3 (16/6) di mana Father's Day itu hendak Keith rayakan bersama ayahnya.
Sambil memegang balon di tangannya, Keith disambut dengan isak tangis. Awalnya Keith seperti tidak percaya. Dengan tetap memegang balon itu, Keith terus melangkah masuk.
Ataukah tempat pertemuan itu masih di Rumah Sakit? Tidak tahu persis, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Tagalog, Filipina. Namun, sepertinya tempat itu tidak dapat diduga selayaknya Rumah Sakit karena banyaknya tumpukan kardus. Tempat itu lebih mirip Rumah Susun.
Pesan Bijak Video Keith
Memang, secara konten, video itu tidak akan ada kadaluarsanya. Apa yang dialami Keith memberi pesan bijak yang berlaku sepanjang masa, bahwa waktu itu berharga, waktu adalah kesempatan.
Waktu hidup adalah kesempatan untuk mencintai dan mewujudkannya, khususnya kepada orangtua. Kerjakanlah cinta itu selagi mereka masih hidup.
Tidak jarang terjadi, setelah orangtua terbujur kaku, anak-anak membacakan puisi indah dengan linangan air mata, padahal semasa hidupnya keindahan itu tidak dirasakan dari anak-anaknya.
Keith bukan tidak peduli ayahnya. Di video lain, Keith membagikan bagaimana dia kerap melakukan video call dengan ayahnya. Jarak Manila dan Santiago, Chile adalah 17.601 km dan harus menggunakan pesawat terbang untuk saling bertemu.Â
Apa yang Keith lakukan umumnya dilakukan banyak orang, yakni menunggu hari-hari tertentu untuk mengunjungi orangtua. Ada yang menunggu tanggal kelahiran atau paling sering adalah menunggu hari raya agama untuk mengunjungi orangtua di kampung halaman atau di tempat terpisah oleh jarak.
Walau waktu kematian dan bagaimana cerita kematian itu sudah ditetapkan Tuhan, tetapi adalah seyogianya selaku anak kita tidak membiarkan waktu lama berlalu tanpa kebersamaan dengan orangtua.
Jangan seperti saya yang sebagian besar hidup saya lewati di rantau, jauh dari orangtua. Terakhir, saya bertemu mereka masing-masing sudah dalam keadaan koma hingga mereka mengembuskan nafas yang terakhir.
Rest in Peace
Menutup artikel ini, izinkan saya membagi kisah pribadi. Hari ini (30/11/2019) tepat lima tahun kepergian Mami saya (2014) setelah Papi mendahului pada tahun 2005.
Maafkan jika saya menyisipkan ini di sini, sebab saya ingin menaruh jejak kenangan di tanggal kepergian Beliau untuk mengenangnya di akun saya ini.
Spesial untuk kepergian Mami, saya mendapat penghargaan dari Sinode Gereja Protestan di Sulawesi Tenggara (GEPSULTRA) untuk melayani pemakaman Beliau.
Rasanya seperti apa, hanya Tuhan dan saya yang tahu. Akan tetapi, itu adalah salah satu anugerah yang sangat berharga di sepanjang hidup saya, yakni memakamkan Ibunda saya sendiri.
Kiranya semua orangtua kita yang telah berpulang mendapat tempat yang indah di sisi-Nya. Dan, semoga semua orangtua yang masih diijinkan ada bersama di dunia beroleh cinta kasih anak-anaknya. Amin.
Apa kabar ibumu? Apa kabar ayahmu?
Salam. HEP.-